Powered By Blogger

Rabu, 22 Juni 2011

MEMBACA DAN MENULIS PUISI


Puisi merupakan bentuk ekspresi pemikiran yang membangkitkan perasaan dan merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. Hal itu merupakan sesuatu yang penting yang dapat diekspresikan dan dinyatakan dengan menarik dan memberi kesan.
Pembacaan puisi akan menarik bila pembaca puisi dapat memahami isi puisi, memiliki lafal yang jelas, menguasai pola tekanan dan intonasi pembacaan teks puisi, serta memiliki ekspresi dan gerak-gerik yang sesuai dengan isi puisi.
Dalam memahami puisi perlu memperhatikan lapis struktur puisi. Lapis struktur puisi meliputi struktur fisik dan struktur batin.
1.      Struktur fisik
Struktur fisik puisi terdiri dari :
a.       Diksi, yaitu pilihan kata yang tepat, padat dan kaya akan nuansa makna.
b.      Baris
Dalam puisi, baris sebagai pencipta efek artistik dan pembangkit makn.
c.       Enjambemen, yaitu peristiwa sambung menyambung dua larik sajak yang berurutan.
d.      Rima, yaitu pengulangan bunyi dalam puisi.
e.       Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam puisi adalah bahasa figuratif, yaitu bahasa yang digunakan penyair untuk menyatakan sesuatu secara tidak langsung dengan makna lambang.
f.       Tipografi, yaitu bentuk fisik puisi yang berupa penataan baris yang baik.

2.      Struktur batin
Adapun stuktur batin pusi terdiri dari :
a.       Sense, yaitu sesuatu yang diciptakan oleh penyair melalui puisinya
b.      Subject matter, yaitu pokok pikiran yang ditemukan penyair melalui puisinya
c.       Feeling/ perasaan, yaitu sikap penyair terhadap pembaca
d.      Tema, yaitu ide dasar puisi
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membaca puisi
1.      Intonasi yang tepat, meliputi :
a.       Tempo (Cepat lambatnya suara)
b.      Irama (keras lambatnya suara)
c.       Nada (tinggi rendahnya suara)
d.      Jeda (Perhentian sementara)
e.       Aksentuasi (tekanan suara)
f.       Kejelasan suara (volume suara)
2.      Ekspresi meliputi :
a.       Mimik (gerak wajah/ raut muka)
b.      Panto mimik (gerak-gerik tubuh)
3.      Penampilan
Agar dapat membaca puisi dapat diawali dengan membubuhkan tanda-tanda pembacaan. Tanda-tanda pembacaan berfungsi sebagai rambu-rambu pola intonasi, nada, tempo, dan irama pembacaan.
Rambu-rambu tersebut antara lain :
            //          :  berhenti (.)
/           :  berhenti sementara (,)
                        :  intonasi naik
                        :  intonasi turun
--          :  Pengucapan kata dengan memberikan tekanan tertentu
                        :   langsung pada baris berikutnya (enjambemen)
Contoh :
KEPAHITAN
Karya Elvira Haerani Yusuf

Ibu pertiwi
Terdengar suara rintihmu yang menoreh
Tubuhmu terkoyak oleh tetesan merah
Padam
Demi luka jiwa anakmu
Dia..........
Dia yang membuat ibu pertiwi menangis
Dia yang membuat ibu pertiwi kami menggelepar tiada bernyawa
Dia yang menaburkan sampah-sampah jahanam
Narkoba........
Apa salah dan dosa kami kepadamu
Apakah kami pernah mengusikmu
Dan apakah kami pernah menghancurkan kedamaianmu
Hentikanlah mengajak sukma kami
Hentikanlah membuat ibu pertiwi kami
Pergi, pergilah jauh dari secercah kesedihan kami
Ya tuhan
Nyalakanlah saklar lampu batin kami
Bantulah kami menyulam benang raga ibu kami
Agar kami dapat berdiri tegap kembali

Bahasa yang digunakan dalam pusi berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Puisi menggunakan bahsa yang ringkas namun kaya makna. Kata-kata yang digunakan dalam puisi adalah kata-kata konotatif yang mengandung banyak penafsiran dan pengertian.
Ciri-ciri puisi meliputi :
1.      Dalam puisi terdapat pemadatan segala unsur kekuatan bahasa
2.      Dalam penyusunannya unsur-unsur bahasa itu dirapihkan, diperbagus, dan diatur sebaik-baiknya dengan memperhatikan irama dan bunyi
3.      Puisi berisikan ungkapan pikiran dan perasaan penyaiar yang didasarkan oada pengalaman yang bersifat imajinatif
4.      Bahasa yang digunakan bersifat konotatif
5.      Puisi dibentuk oleh struktur fisik (tipografi, diksi, majas, irama, dan rima) serta struktur batin (tema, amanat, perasaan, nada, dan suasana puisi).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis puisi :
1.      Puisi diciptakan dalam suasana perasaan yang intens yang menuntut pengucapan jiwa yang spotan dan padat. Dalam puisi seseorang berbicara dan mengungkapkan dirinya sendiri secara ekspresif.
2.      Penulisan puisi hendaknya didasarkan pada masalah atau berbagai hal yang menyentuh kesadaran penulis sendiri. Tema yang ditulis untuk puisi hendaknya berangkat dari inspirasi diri sendiri yang khas, sekecil dan sesederhana apa pun inspirasi itu.
3.      Memikirkan cara penyampaian ide atau perasaan dalam berpuisi, meliputi gaya bahasa atau majas.
Gaya bahasa adalah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul atau hidup dalam hati penulis dan mampu menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati pembaca. Gaya bahasa membuat kalimat-kalimat dalam puisi menajdi hidup, bergerak dan merangsang pembaca untuk memberi reaksi tertentu dan berkontemplasi atas apa yang dikemukakan penyair.
Contoh :

POTRET TUKANG SAMPAH
Karya Eka Budinata

Dengan perut lapar dan harapan kosong
Aku menelanmu, Jakarta
Kukunyah-kunyah sebuah mikrolet tua
Onggokan sampah telah jadi menu utamaku
Roda gerobak adalah sendok dan garpu
Tuhan, jangan beri aku uang
Baunya lebih kecut dari pada sampahku
Mendingan dibayang-bayang pohon mangga
Aku menyiapkan cerita untuk anak cucu
Untukmu, Jakarta
Untuk pengemudi bajaj, penyalur genteng
Dan pedagang kaki lima
Jakarta, seribu tahun genap sudah
Engkau masih compang-camping
Luka-luka tangis bayi dan jerit wanita dimana-mana
Bianglala di atas perkampungan
Bikin cinta terbakar dalam perut lapar

LADANG JAMUR
Karya Esha Teguh Putra

Dibuang, aku jauh.....
Ladang kata, ladang makna, ladang segala adalah
Tampak tanah yang lebih hebat rebahnya dari pada
Ladang ? adalah tampak kayu lebih lekuk simpangnya
Dari pada ladang ? tapi yang menghujam
Dari pusaran angin limbubu juga ladang

“Baiklah jamur, tumbuhlah, logakmu ramah benalu
Rumpun yang tak pasti jadi dalam tidur para perupa lama
Dalam lempung yang dikirim bahasa kayu di tiap patahan menyiksa”

Yang bersonggok kepalanya itu, mak, menabuh daun bawang
Merebut tiap kelopak masam daun bersayap
Diantara parak yang menyiksa peristiwa senja yang amat dalam kenangannya.
Tapi aku beranjak, dari tingkatan bunyi sendok dan kuali kosong di tangga setengah padam
Tetaplah jamur yang didapat, dikelubik dari pahatan kayu ladang
Menggulainya seketika dingin turun dari ujung atap  rumah-resap ke kering badan

Tak mau lagi di buang, aku jauh.........
Sebab kumbang sering kali menikam padang
Di tiap susahnya perjumpaan ladang,
Itulah bahasa..............yang paling menyiksa
Tapi adalah tampak tanah yang lebih hebat rebahnya
Dari pada ladang-ladang ? adakah tampak
Kayu lebih lekuk simpangnya dari pada ladang ?

Kandang Padati 2008


DOSA PERTAMA YANG DILAKUKAN OLEH MAHLUK
 
Hadirin kaum muslimin rohimakumjulloh
Dalam menapakan langkah / menginjakkan langkah manusia dalam jalan ketaqwaan, memang sangat sulit banyak sekali godaan dan halangannya memang manusia bukan malaikat yang selalu sholeh dan selamanya taat kepada Alloh SWT. Sudah dalam fitrahnya manusia dalam hidupnya harus ada dalam medan ujian, yang akhirnya akan memetik hasil di dunia sekarang dan di yaumul akhir juga akan ke surga atau ke neraka. Itu semua tergantung pada kemampuan manusia menggunakan bekal hidup yang diberikan oleh Alloh yaitu akal, hati dan nafsu. Jika manusia menggunakan akal serta menerima ajaran agamanya, niscaya akan selamat hidupnya. Tapi sebaliknya, jika manusia dikuasai oleh nafsu godaan syetan, maka akhirnya manusia akan celaka dan sengsara, baik di dunia atau nanti di akhirat.
Contoh bukti dalam sejarah manusia dan mahluk, ada tiga dosa dasar yang dilakukan oleh mahluk Alloh SWT.
1.      Arogansi, takabur dan sombong
Dilakukan oleh iblis melainkan diperintahkan oleh Alloh SWT untuk hormat kepada Adam.
Alloh SWT berfirman :



“Dan Alloh menyuruh sujud kepada malaikat, bersujudlah kamu sekalian kepada adam, maka para malaikat sujud kecuali iblis, dirinya menolak dengan rasa sombong dan takabur, dirinya termasuk golongan orang kafir” (QS Al Baqoroh : 34)
Dalam contoh, iblis adalah mahluk Alloh yang sombong yang diciptakan dari api dibandingkan nabi Adam yang diciptakan dari tanah. Dimana dalam Al Qur’an dinyatakan oleh Alloh dalam surat Shad ayat 76 dan surat Al A’rof ayat 12



“Iblis ber bicara, kami lebih baik dari pada Adam, kami diciptakan dari api, sedangkan Adam diciptakan dari tanah”.
Sifat sombong dicontohkan oleh setan dan iblis, jadi di zaman sekarang dilanjutkan oleh manusia anak cucu Adam. Merasa dirinya kaya dan berpangkat, kepada manusia lain menghina tidak ada rasa hormat, rasa inilah yang diibaratkan oleh manusia, tidak tahu awalnya asal mula manusia, untuk kemana dan akan kembali ke mana, semuanya sama akan kembali ke tanah yang asalnya kita semua diciptakan oleh Allah SWT.
2.      Rasa Tamak dan Buruk Sangka
Kisah ini difirmankan oleh Alloh dalam surat Thoha ayat 120



“Dan setan berbisik kepada ada, hai Adam kenapa kamu mau diberitahu pada pohon khuldi yang akan memberikan kekuatan kepada kamu selamanya”.
Maka akibatnya, akibat rasa serakah Adam, sebagai manusia selanjutnya terkena bujukan setan untuk memakan buah khuldi itu. Akibatnya Adam dan istrinya Hawa diturunkan ke dunia untuk menjalankan kehidupan selanjutnya sampai akhir hayatnya. Sifat Adam sebagai dosa manusia yang pertama ini dilanjutkan pada zaman sekarang dilakukan oleh sebagian manusia, rasa serakah, buruk sangka dan sebagainya.
Adam harus turun ke adalam dunia, memang takdir Alloh untuk mengisi alam dunia ini. Tapi akibat rasa tanggung jawab Adam, adam merasa melakukan dosa, selanjutnya benar-benar bertobat dan diterima oleh Alloh SWT. Do’a adam diturunkan oleh Alloh dalam Al Qur’an surat Al A’rof ayat 23



“Adam dan Hawa berdo’a kepada Alloh yang agung saya sudah menyiksa diri, kalau kamu tidak memaafkan saya, dan tidak memberiku rahmat pasti saya termasuk orang-orang yang rugi”.
3.      Sifat Husud, Dengki ke sesama
Ini sifat pertama yang dilakukan oleh putra Adam as yaitu Qobil. Ini sifat dengki, hasud ditanamkan oleh iblis kepada Qobil supaya membunuh adiknya, yaitu Habil karena Qurban Habil diterima oleh Alloh SWT.
Dalam sejarah kehidupan Mahluk, peristiwa ini dipandang pembunuhan pertama yang dilakukan oleh mahluk Alloh SWT, di muka bumi ini. Perbuatan iri dengki, hasud dan pembunuhan di zaman sekarang sudah banyak terjadi di muka bumi, sebab manusia sudah jauh dari ajaran islam yang memang mengharamkan pembunuhan.
Maka jalan keluar dari sifat-sifat di atas maka manusia harus kembali kepada jalan Alloh, harus merasa berserah diri, serta tidak lupa seharusnya kita membaca taawudz niat meminta perlindungan dari Alloh SWT. Semoga dijauhkan dari segala godaan setan.

MENANGIS KARENA TAKUT KEPADA ALLOH
 
Hadirin Ahli Jum’at Rohimakumulloh
Umumnya manusia pernah mengalami menangis, paling tidak menangis pada waktu dilahirkan ke alam dunia.
Selain dari menangisnya bayi dilahirkan, adala lagi beberapa menangis diantaranyayaitu :
1.      Menangis karena mendapat kesusahan, sedih, sakit, dan sebagainya seperti mengis ditinggal mati oleh istri, suami ibu, bapak, dan anak menangis karena sedih berpisah dengan orang yang dicintai atau pura-pura sedih seperti menangisnya seorang nabi Yusuf as ketika berdatangan bisikan kepada bapaknya (nabi Yakub as) membicarakan Yusuf ditimbun oleh ajag. Padahal Yusuf oleh mereka dibuang ke sumur. Seperti yang menangis padahal hati mereka sangat bahagia.
2.      Menangis karena mendapat nikmat, menangis karena bahagia bertemu dengan anaknya yang sudah lama bertahun-tahun tidak bertemu, mendapat penghasilan besar yang tidak disangka-sangka atau jadi juara dipertandingan.
3.      Menangis karena ada yang ditakuti, seperti menangis sabil tersedu-sedu terkesima karena bertemu dengan harimau atau hewan buas lainnya. Lagi menyebrang ditengah sungai tiba-tiba muncul buaya besar, rumah kebakaran dan lainnya
Malah ada lagi menangis yang justru jadi pekerjaan seperti menangisnya para pemain cerita, menangis-menangis yang karena sebab model tadi tidak mutlak jadi kebagusan bagi agama terus menangisnya belum tentu jadi merubah sikap terhadap tingkatan ketaqwaan terhadap Alloh



“Banyak-banyak mata menangis padahal hatinya keras merasa aman dari siksaan Alloh”.
Hadirin Rohimakululloh
Takut kepada Alloh, takut kepada hantu, takud kepada siksaan Alloh, takut kepada ancaman terhadap orang-orang yang melanggar perintah-Nya, yang karena itu takut tersedu-sedu menangis sambil ingat terhadap segala dosa. Merasa penuh dan menyesal terhadap segala kesalahan yang tidak pantas sambil istigfar meminta dimaafkan kepada Alloh serta azam (janji) tidak sengaja dilakukan lagi itu kesalahan karena takut menadapat siksaan dari Alloh. Menangis yang karena mendapat manfaat dan pahala yang besar.
Terdapat di Abi Hurairah Rasululloh SAW bersabda : Tujuh golongan yang berjaga di hari kiamat dapat mendapat teduh-teduh perlindungan dari Alloh SWT diantanya yaitu


“Dan laki-laki yang dzikir (ingat) kepada Alloh sambil menyendiri (dikamar) serta kedua matanya mengeluarkan air mata karena takut kepada Alloh” (Nashoihul Ibad ayat 50)
Hadirin Rohimakumulloh
Tidak bisa menangis karena takut kepada Alloh kalau tidak timbul dari penuh pengakuan terhadap dosa, merasa seenaknya terhadap kewajiban, banyak melakukan kesalahan tidak patuh terhadap perintah, lupa terhadap hidup di hari esok, hidup saja memikirkan kehidupan dunia, tidak ingat kepada akhirat sampai terbayangkan hantu dan siksa Alloh kalau diri tidak dimaafkan, tidak kembali berfikir
Dibicarakan Sayidina Umar Bin Khotob ra, mempunyai buku catata yang didalamnya dicatat semua pekerjaan dia yang baik ataupun yang jelek, di setiap hari jum’at itu catatan diteliti sambil bersiap-siap membawa pecut kalau di dalam catatan itu terdapat catatan yang tidak baik menurut agama, ia langsung memukul sendirinya oleh pecut sambil berbicara kepada dirinya, “kenapa kamu Umar melakukan pekerjaan itu ?”. kalau ia mendengar ayat Al Qur’an tentang siksaan ia bakal ngeluh sambil berkata :


“Duh ! kalau saya tidak dilahirkan oleh ibu saya” (Dzurotun nashihin ayat 240)
Hadirin Rohimakumulloh
Jadi, menangis yang mengandung kebikan dan pahala yang besar yaitu menangis yang takut kepada Alloh. Menangis yang karena takut kepada Alloh barang mahal dan langka, belum tentu orang bodoh, orang pintar berilmu juga mempunyai takut kepada Alloh.
Oleh karena itu mudah-mudahan kita semua diberi hati rasa takut kepada Alloh untuk menunjang kebahagiaan di dunia maupun akhirat

PERAN SAKA DAERAH JAWA BARAT 2010

Kontingen PERAN SAKA DAERAH JAWA BARAT dari Kabupaten Ciamis
yang dilaksanakan di Kiarapayung Jatinangor Sumedang Jawa Barat 26 - 30 Desember 2010

PARAGRAF


A.    DEFINISI PARAGRAF
Paragraf adalah menulis suatu aktivitas yang mencurahkan segala bentuk ide pokok pemikiran dalam bentuk tulisan.
Paragraf secara arti umum adalah bagian dari suatu tulisan yang terdiri dari sejumlah kalimat yang mengungkapkan suatu informasi dengan ide pokok sebagai pengendalinya.
Paragraf secara arti khusus adalah suatu rangkaian kalimat yang disusun secara sistematis dan logis secara membentuk kesatuan pokok bahasanya.
Bagian bab dalam suatu karangan (biasanya mengandung satu ide pokok dan dimulai penulisannha dengan garis baru) disebut paragraf. Sebuah paragraf dapat dikembangkan secara, naratif, argumentatif, persuasif, deskriptif, dan eksposisi.
Paragraf yang baik harus memenyhi syarat sebagai berikut :
1.      Kesatuan, yaitu paragraf harus memperlihatkan dengan jelas suatu maksud dalam bentuk kalimat pokok.
2.      Koherensi, yaitu kalimat satu dengan kalimat lain harus saling berhubungan.
3.      Perkembangan alinea, yaitu gagasan pokok harus dikembangkan dengan perincian yang lebih konkret agar lebih jelas.

B.     MACAM-MACAM PARAGRAF
1.      PARAGRAF NARATIF
Paragraf naratif adalah suatu karangan yang membentuk suatu kejadian atau masalah berdasarkan urutan waktu dan tempat.
Paragraf naratif merupakan karangan yang mengisahkan satu kejadian atau peristiwa berdasarkan urutan waktu. Tujuan karangan naratif sebenarnya bercerita tentang sesuatu.
Langkah-langkah menulis paragraf naratif adalah sebagai berikut :
a.       Menentukan tema.
b.      Mengembangkan judul menjadi pikiran utama.
c.       Mengembangkan pikiran utama menjadi pikiran penjelas.
d.      Mengembangkan kerangka karangan.
Ada beberapa cara mengembangkan paragraf naratif, antara lain :
                            I.     Pola Hubungan Kejadian dan Runtutan Peristiwa
Bevel: “Empat tahun yang lalu Ifkha memasuki Fakultas Ekonomi, suatu lembaga pendidikan tinggi yang sudah lama diidam-idamkan. Ia sekarang duduk di semester tujuh fakultas tersebut. Satu tahun lagi ia akan mencapai cita-citanya menjadi seorang sarjana ekonomi. Tetapi tahun yang lalu tiba-tiba datang berita yang mengejutkan bahwa ayahnya meninggal duania karena serangan jantung. Sejak itu, pengiriman uang dari rumah mulai seret. Empat bulan yang lalu ia terpaksa mencari pekerjaan untuk menyambung hidup dan studinya”.Pengembangan paragraf naratif dengan pola hubungan kejadian dan runtun peristiwa adalah suatu bentuk wacana cerita yang berusaha mengembangkan dengan sejelas-jelasnya suatu peristiwa yang diurutkan menurut rangkaian kejadian dan urutan peristiwanya. Contoh :









                         II.     Pola Hubungan Mula Akhir
Bevel: “Prosesnya cepat, kok! Mula-mula saya menyiapkan naskah majalah sekolah yang akan saya cetak. Naskah itu lalu saya bawa ke bagian penerimaan naskah. Namanya Pak Broto. Kemudian, saya mendiskusikan dengan Pak Broto mengenai bentuk akhir dari majalah saya dan biayanya. Setelah oke, naskah itu diketik di bagian komputer dan ditata tampilan grafisnya. Untuk semua proses itu hanya membutuhkan waktu tiga hari. Kemudian, naskah yang sudah di-setting itu di-layout. Naskah yang sudah di-layout selanjutnya dibawa ke bagian percetakan. Dalam waktu sepuluh hari naskah itu sudah selesai dicetak. Akhirnya, tinggal menunggu proses akhir, yaitu penjilidan dan pengepakan. Pengalaman saya mencetak majalah itu sederhana, kok!”.Pengembangan paragraf naratif dengan pola hubungan mula dan akhir penekanannya dan penjelasan “mula-mulanya” dan “akhirnya”. Contoh :













2.      PARAGRAF ARGUMENTATIF
Paragraf argumentatif adalah bentuk karangan yang menceritakan suatu kejadian / masalah berdasarkan fakta dan pendapat atau sebab akibat dengan jelas.

3.      PARAGRAF DESKRIPTIF
Paragraf deskriptif adalah suatu karangan yang menceritakan suatu kejadian atau permasalahan berdasarkan alat indra penglihatan terhadap kejadian atau masalah tersebut.
Paragraf deskriptif adalah karangan yang bersifat melukisan atau menggambarkan kesan panca indera dengan teliti dan sehidup-hidupnya agar pembaca seolah-olah dapat mendengar, merasakan, dan menikmatinya.
Sebuah objek deskriptif tidak hanya terbatas pada apa yang dapat dilihat, didengar, dicium, dirasa, diraba, tetapi dapat menggambarkan perasaan hati, kekuatan, perasaan cinta, haru, dan sebagainya.
Ciri-ciri paragraf deskriptif adalah sebagai berikut :
a.       Menguraikan objek secara langsung sesuai dengan objek yang ditangkap panca indera.
b.      Berdasarkan pengamatan / observasi.
c.       Menumbuhkan imajinasi pembaca dengan cara mengalihkan kesan yang ditangkap indera perangsang.
d.      Bersifat melukiskan.
e.       Bertujuan menciptakan imajinasi pembaca seolah-olah pembaca melihat sendiri objeknya.
Macam-macam pendekatan dalam menulis paragraf deskriptif :
I.         Pendekatan Realistis
Pendekatan realistis  adalah deskripsi yang menggambarkan sesuatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Pengarang menonjolkan pilihan dan interpretasinya.


II.      Pendekatan Impresionistis
Pendekatan impresionistis adalah deskripsi yang membuat pembaca memberikan reaksi secara emosional terhadap sesuatu yang dideskripsikan.
III.   Pendekatan Sikap Penulis
Pendekatan sikap penulis bergantung pada tujuan yang ingin dicapai, sifat, objek, dan pembaca. Penulis menetapkan sikap yang akan diterapkan sebelum memulai menulis rincian. Penulis dalam memilih sikap seperti masa bodoh, ironis, dan sebagainya.
Contoh Paragraf Deskriptif :
Bevel: Pagi ini agak mendung, langit kelabu seperti mengancam acara kami. Memang musim sedang tak menentu, selalu saja membuat kecewa para peramal cuaca. Beberapa gumpal awan pekat tampak seolah-olah membendung cahaya matahari di belakangnya, hingga tepi awan itu tampak seperti dibingkai kecerahan sekadarnya.
Namun, burung-burung pagi tetap berkicau. Tampaknya mereka tak menghiraukan cuaca hari ini karena hari ini mereka tak beracara. Setiap hari kenikmatan hidup berulang tanpa membosankan. Hari ini selalu dimulai dengan nyanyi disertai gerak jenaka yang lincah. Seekor burung tampak gelisah melompat-lompat diikuti satunya lagi. Dua mahluk ini selalu mengawali adegan pagi. Mula-mula tampak mereka di pucuk bambu yang lemah di angin-angin lalu melayang ke bawah dan mendarat di rumput dekat kolam. Makin ramai bicaranya, makin lincah gerak-geriknya. Tidak ada kemarin yang mereka sesali, tiada esok yang mereka dambakan. 


















4.      PARAGRAF PERSUASIF
Paragraf persuasif adalah suatu karangan yang menceritakan suatu kejadian yang bersifat menghibur atau mengajak orang lain supaya tertarik akan kejadian atau masalah yang diceritakan.

5.      PARAGRAF EKSPOSITIF
Paragraf ekspositif adalah suatu karangan yang menceritakan kejadian berdasarkan kejadian suatu masalah secara jelas dengan cara memberian bukti yang berupa data dan grafis dari masalah tersebut.
Paragraf ekspositif adalah paragraf yang memaparkan atau menjelaskan suatu masalah. Paragraf ekspositif bertujuan memberikan penjelasakan sehingga pembaca memperoleh informasi yang jelas. Agar penjelasan yang disampaikan mencapai sasaran, paragraf ekspositif perlu dilengkapi dengan data-data berupa grafik, statistik, diagram, gambar, dan sebagainya. Oleh karena itu paragraf ekspositif harus akurat, jelas, dan singkat. Paragraf ekspositif menjawab pertanyaan tentang apa, mengapa, dan bagaimana. Penutup paragraf ekspositif merupakan rangkuman yang menjelaskan kembali apa yang telah dikemukakan penulis.
I.          Ciri-ciri Paragraf Ekspositif
Ciri-ciri paragraf ekspositif adalah sebagai berikut :
a)      Menjelaskan pendapat.
b)      Memerlukan fakta yang diperjelas dengan angka, grafik, dan sebagainya.
c)      Memerlukan analisis sintesis (pengamatan yang berupa observasi ke lapangan secara langsung)
d)     Tidak menggunakan daya khayal sebagai sumber gagasan
II.       Langkah-langkah Menulis Paragraf Ekspositif
Langkah-langkah yang ditempuh dalam menulis paragraf ekspositif adalah :
a)        Merumuskan tema
b)        Menetapkan tujuan
Tujuan karangan adalah memberikan arah yang tepat  dalam menyusun karangan.
c)        Mengumpulkan data
Mengumpulkan data dapat dilakukan dengan mengadakan observasi, wawancara, atau berupa angkat.
d)       Membuat kerangka karangan
Menentukan pokok-pokok pikiran dalam bentuk kerangka karangan atau outline.
e)        Megembangkan kerangka karangan
III.    Pola pengembangan Paragraf Ekspositif
Pola pengembangan paragraf ekspositif adalah sebagai berikut :
a)      Pola Proses
Pola proses merupakan suatu urutan dan tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu atau perurutan dari suatu kejadian atau peristiwa.
Contoh :


Bevel: Service dalam bermain tenis lapangan dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut. Pertama, ambilah posisi berdiri di luar garis belakang dan agak ke tengah. Kedua, lakukan konsentrasi untuk beberapa detik dan aturlah posisi kaki. Kaki kiri ditempatkan satu langkah ke depan, sehingga posisi badan agak miring. Ketiga, bungkukkan badan ke depan sedikit sambil melempar bola ke atas kepala. Keempat, bersamaan dengan lemparan bola ke atas, raket diayun ke belakang, dan dengan cepat pukullah bola jika telah sampai jangkauan dengan kekuatan maksimal. Bola akan melayang dengan cepat.
 












b)      Pola Ilustrasi
Sebuah gagasan yang terlalu umum memerlukan ilustrasi-ilustrasi konkret. Ilustrasi tersebut digunakan untuk menjelaskan maksud penulis. Pengalaman pribadi merupakan bahan ilustrasi yang paling efektif dalam menjelaskan gagasan-gagasan umum.


Contoh :


Bevel: Dalam tubuh manusia terdapat aktivitas seperti pada mesin mobil. Tubuh manisa dapat mengubah energi kimiawi yang terkandung dalam bahan-bahan bakarnya, yakni makanan yang ditelan menjadi energi panas dan energi mekanis. Nasi yang dimakan pada waktu sarapan akan dibakar dalam tubuh persis bagaimana bensin dibakar dalam silinder mesin mobil. Sebagian lagi berubah menjadi enegeri mekanis yang memungkinkan otot-otot anda dapat memompa darah dalam tubuh.
 










c)      Pola Perbandingan
Paragraf perbandingan digunakan apabila penulis mencoba menerangkan ide dalam kalimat utama dengan cara membandingkan dengan hal lain.
Contoh :


Bevel: Kehidupan di desa dan kota memiliki kecenderungan perbedaan yang mencolok. Marilah kita melihat sebuah desa yang jauh dari kota. Disana penduduk tak berdesak-desakan. Bayangkan keadaan di kota penduduknya berdesak-desakan. Di desa udaranya bersih, tidak dikotori oleh gas-gas buangan yang berasal dari kendaraan bermotor atau pabrik. Sedangkan di kota udaranya kotor karena gas buang yang keluar dari knalpot kendaraan bermotor dan juga dari pabrik. Di desa, tanaman hijau tumbuh dimana-mana, sehingga ekosistem berjalan dengan teratur. Sebaliknya di kota, tanaman hijau yang fungsinya menghisap gas asam arang yang dikeluarkan manusia sangat jarang.
 












Selain pola pengembangan paragraf ekspositif di atas, ada juga pola pengembangan paragraf ekspositif yang lain. Adapun pola pengembangannya :
a.      Metode Identifikasi
Metode identifikasi adalah metode pengembangan paragraf ekspositif yang berusaha menyebutkan ciri-ciri atau unsur-unsur pengenal suatu objek, sehingga pembaca mengenal objek yang diuraikan.
b.      Metode Perbandingan
Metode perbandingan adalah metode yang menunjukan perasaan-perasaan dan perbedaan-perbedaan antardua benda atau lebih. Tujuannya untuk memperkenalkan sesuatu yang baru, beberapa objek dengan menghubungkan prinsip-prinsip umum yang berlaku, memberikan gambaran, gagasan, dan prinsip umum.
c.       Ilustrasi
Metode ilustrasi adalah mengembangkan alinea dengan menambahkan penjelasan-penjelasan terhadap kalimat utama.


d.      Klasifikasi
Metode klasifikasi adalah pengembangan alinea dengan menambahkan pengelompokkan atas isi pikiran-pikiran utama dan dikembangkan dengan pikiran-pikiran penjelas sesuai dengan kelompok yang sama.
e.       Definisi
Metode definisi adalah mengembangkan alinea dengan memberikan definisi atau pengartian leksikal dan lugas terhadap pikiran utama alinea.
f.       Analisis Bagian Fungsional, Proses dan Kausal
Metode analisis bagian fungsional, proses, dan kausal adalah mengembangkan alinea dengan menambahkan pada pikiran utama segi-segi : rincian, manfaat, proses terjadinya, dan hubungan sebaba akibat.