Powered By Blogger

Sabtu, 25 Februari 2012

Makalah ARTIKEL



PENGERTIAN, JENIS, FORMAT, DAN CONTOH PENULISAN ARTIKEL

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Bahasa Indonesia
Dosen pengampu Hermanto, S.Pd. M.Hum.




Oleh :
1.      Aulia Rufaida       NIM :  11001082
2.      Azis Candra W.    NIM :  11001072
3.      Ferry R.                 NIM :  11001139
4.      Gigih W.              NIM :  11001140
5.      Hilman Fauzi         NIM :  11001131
6.      Iman Rohiman      NIM :  11001115
7.      Ahmad Muzaky    NIM :  11001110





 
















UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Oktober 2011

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan berkah dan karunia-Nya, atas ridho-Nya sehingga kita dapat menyusun Makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas bahasa Indonesia.
            Makalah ini kami susun dengan tujuan dapat membantu kami mendalami dan memahami pengertian, jenis, contoh, dan format penulisan artiel.
            Kami mengucapkan  banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan karya tulis ini, terutama kepada :
1.      Drs.Kasiyarno, M.Hum. selaku Rektor Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
2.      Drs. Ishafif. M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univeritas Ahmad Dahlan Yogyakarta
3.      Bapak Dody Hartanto, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling
4.      Bapak Hermanto, S.Pd. M.Hum selaku Dosen Pengampu Matakuliah Bahasa Indonesia.
5.      Rekan-rekan senasib seperjuangan di Bimbingan dan Konseling yang telah membantu kami dalam menyelesaikan laporan ini.
Dan kepada semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu, kami mohon maaf  yang sebesar-besarnya. Kami menyadari bahwa tidak ada gading yang tak retak, dan bukanlah gading kalau tidak retak. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan waktu dan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, kami mohon kepada para pembaca atau bapak / ibu dosen untuk memberikan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan karya tulis selanjutnya.
            Akhirnya mudah-mudahan laporan ini bermanfaat bagi penulis para khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya, Amin.

                                                                        Yogyakarta,     Oktober 2011
                                                                                    Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang Masalah
Artikel merupakan jenis karya tulis ilmiah yang dipublikasi secara umum. Artikel merupakan karangan ilmiah yang sudah dikemas dengan menggunakan bahasa yang diperkirakan akan dapat dipahami oleh para pembaca dalam lingkup yang lebih luas. Bentuk karangan ini diantaranya artikel yang disajikan untuk media cetak, seperti surat kabar atau majalah.
Artikel biasanya berupa opini yang dikemas dalam bentuk karangan ilmiah populer. Masalah yang disajikan dalam artikel biasanya persoalan yang sangat faktual dan sejalan dengan headline berita dari surat kabar atau majalah tersebut. Oleh karena itu, tulisan artikel biasanya mengangkat topik-topik sederhana dan faktual. Selain itu, adapula artikel yang disajikan dalam majalah ilmiah atau jurnal ilmiah. Sekali pun bentuknya opini atau hasil kajian, tetapi yang ditayangkan dalam jurnal ini sangat terbatas oleh jumlah halaman yang tersedia sehingga diperlukan kecakapan penulis di dalam meramu menjadi tulisan ilmiah yang lebih simpel.
Argumen yang dikemas dalam jurnal atau majalah ilmiah berbeda dengan kemasan untuk surat kabar atau majalah umum. Sajian argumen di dalam jurnal mengikuti sistematika suatu sajian karya tulis ilmiah, serta ketentuan dan etika penulisan yang mengikuti pola penulisan karangan ilmiah.
Penyajian artikel untuk kepentingan publikasi dalam media cetka umum dikemas dalam bentuk yang lebih sederhana, bahkan jumlah halaman pun mengikuti ketentuan teknis penerbitan dari media tersebut. Sementara itu, jika menulis artikel untuk jurnal ilmiah selain ketentuan jumlah halaman sebagaimana dalam media cetak, bagian-bagian yang harus tersaji dalam jurnal pun harus mengikuti gaya selingkung dari jurnal tersebut. Misalnya, sebuah jurnal menghendaki bagian-bagian berkiut yang harus disajikan dalam jurnal, yaitu judul, abstrak, kata kunci, pendahuluan, pembahasan, simpulan, daftar pustaka dan biodata.
Untuk memperkuat argumen yang disajikan dalam artikel, biasanya digunakan dasar teoritis, ketentuan atau kebijakan, fakta-fakta atau logika umum. Berdasarkan hal tersebut, penulis mengembangkan argumen ilmiahnya serta pertautan antar argumen dengan penjelas untuk membahas masalah, serta solusi yang disodorkan dalam memecahkan masalah. Dalam artikel selalu disajikan solusi atas permasalahan yang disajikan di bagian awal tulisan.

1.2.       Rumusan Masalah
         Setelah kami melakukan penelitian, kami mengajukan beberapa rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1.        Apa yang dimaksud dengan pengertian artikel ?
2.        Apasaja jenis-jenis artikel ?
3.        Bagaimana contoh artikel yang baik dan benar ?
4.        Bagaimana format penulisan artikel yang baik dan benar ?
1.3.       Tujuan Penelitian
   Kami melakukan penelitian dengan tujuan untuk dapat :
1.           Mengetahui pengertian artikel ?
2.           Mengetahui jenis-jenis artikel ?
3.           Mengetahui contoh artikel yang baik dan benar ?
4.           Mengetahui format penulisan artikel yang baik dan benar ?

1.4.       Sistematika Penulisan
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1.      Latar Belakang Masalah
1.2.     Rumusan Masalah
1.3.     Tujuan Penelitian
1.4.     Sistematika Penulisan      
BAB II PEMBAHASAN
2.1.  Pengertian Artikel
2.2.  Jenis-Jenis Artikel
2.3.  Format Penulisan Artikel
2.4.  Contoh Artikel
Bab IV SIMPULAN DAN SARAN
4.1.          Simpulan           
4.2.          Saran     
DAFTAR PUSTAKA

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.     Pengertian Artikel
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, artikel didefinisikan sebagai karya tulis lengkap, misal laporan berita atau esai dalam majalah, surat kabar dan sebagainya (Departemen Pendidikan Nasional, 2009).
Ada beberapa definisi lain tentang artikel diantaranya :
1.            Artikel adalah karya tulis lengkap di majalah atau surat kabar. Artikel dalam surat kabar biasanya membahas suatu hal secara terperinci.
2.            Artikel adalah tulisan pendek yang berisi tentang segala hal seperti pengetahuan, pendidikan, komputer, bisnis dan sebagainya.
3.            Artikel adalah salah satu bentuk tulisan nonfiksi berisi fakta dan data yang disertai sedikit analisis dan opini penulisnya.
4.            Artikel adalah karya tulis lengkap yang dimuat di koran, majalah, atau internet. Misal bila kita menulis tentang tips membina persahabatan dan dimuat di koran atau media lainnya, maka tulisan itu disebut dengan artikel.
5.            Menurut Ichtiar Baru, artikel adalah karangan prosa dalam media massa yang membahas pokok masalah secara lugas. Sehingga yang terpenting dalam sebuah artikel adalah isi yang benar dan aktual, susunannya rapi, dan hemat dengan kata-kata.
6.            Menurut kamus besar bahasa Indonesia, artikel adalah karya tulis lengkap dalam majalah, surat kabar dan sebagainya.
7.            Di dalam The America Heritage Desk Dictionary dkatakan bahwa artikel adalah bagian tulisan nonfiksi yang berbentuk bebas, bagian dari penerbitan seperti laporan dan esai.
8.            Dalam Longman Pitman Office Dictionary dikatakan bahwa artikel adalah sebuah tulisan prosa nonfiksi, berbentuk biasa, dan bagian  bebas dari sebuah majalah, koran, dan lain-lain.
9.            Dalam Webster's Collegiate Thesaurus diterangkan bahwa artikel adalah karangan, catatan, kritik, manifes, reportase, putusan, pelajaran, survey.

2.2.     Jenis-Jenis Artikel
2.2.1.  Artikel Opini
2.2.1.1.  Tips Menulis Artikel
Artikel opini adalah artikel yang diidentifikasikan sebagai tulisan yang menyajikan pemikiran, pendapat, ide, dan opini penulisannya tentang berbagai fakta dan kejadian.
Artikel opini biasanya diterbitkan oleh koran atau majalah. Karena tempatnya terbatas, artikel pada umumnya tidak terlalu panjang, hanya sekitar antara 4-6 halaman quarto spasi ganda. Artikel untuk konsumsi sebuah jurnal (ilmiah) biasanya disajikan secara lebih rinci, berkisar antara 15-30 halaman quarto spasi ganda. Berbeda dengan jurnal yang ditulis dengan gaya ilmiah akademis, pembaca artikel untuk koran atau majalah adalah masyarakat umum, dengan berbagai usia da tingkat pendidikan.
Artikel opini adalah sebuah tulisan yang menekankan pada pendapat seseorang penulis atas suatu data, fakta, dan kejadian berdasarkan analisis subjektif penulis sendiri. Opini dilekatkan pada artikel imliah populer yang dimuat di media masa seperti koran. Artikel opini ini diletakkan di halaman tengah bersama tajuk rencana dan surat pembaca. Artikel opini ini biasaya ditulis dengan gaya ilmiah populer karena tulisan ini ditujukan bagi pembaca umum dari majalah/ koran karena ditunjukan bagi pembaca umum dari koran atau majalah.
Artikel opini biasanya dimuat setiap hari di koran, atau media masa elektronik. Sebagian media masa biasanya memuat beberapa artikel opini. Bahkan tidak jarang ada beberapa media masa yang memberi tambahan artikel khusus yang membahas materi tertentu yang dimuat di halaman lain. Dari segi peluang untuk dimuat, artikel opini ruangnya lebih banyak ketimbang puisi atau cerpen yang hanya dimuat hari minggu.
Menurut Iqbal (2009), proses menulis yang disarankan bagi kalangan penulis pemula adalah free-writing dan re-writing. Dengan teknik free-writing berarti kita menulis secara bebeas, tanpa mempedulikan bagus atau tidaknya tulisan yang sedang digarap. Pokoknya terus saja menulis sampai tuntas, sampai tidak ada lagi yang mau ditulis. Sekali pun tidak urut, biarkan saja.
Apalagi kita berada dalam suatu kondisi tertentu, misalnya marah atau gembira, atau dalam pengaruh tekanan tertentu (seperti ujian esai), biasanya kita akan menulis dengan metode free-writing. Dengan dorongan situasi tertentu itulah kita akan dapat menulis dengan lancar. Namun, tentu saja tulisan tersebut belum dapat dikatakan memuaskan karena tidak ditulis dengan sistematis. Untuk itulah proses menyunting diperlukan. Disinilah saatnya anda mulai menyunting, mulai dari membuang yang tidak perlu, menyusun lagi urutannya, serta menyempurnakan bahasanya. Bisa diulang berkali-kali, sampai akhirnya anda suka dan puas terhadap hasil akhirnya.
Cara lain adalah menulis dengan teknik re-writing atau menulis ulang. Ini sangat cocok dan ssangat mudah bagi para pemula. Hal yang kita lakukan adalah mengumpulkan bahan-bahan (referensi atau hasil wawancara), lalu menulis ulang kembali bahan tersebut dengan tentu saja memakai gaya bahasa sendiri. Sebut saja hasilnya sebagai naskah-ramuan.


2.2.1.1.  Pengembangan Paragraf dan Merangkai Kalimat
Lalu bagaimanakah membuat serangkaian artikel kita tersebut menjadi enak dibaca ? kuncinya adalah pengembangan paragraf dan keterkaitannya dengan antar kalimatnya. Para calon penulis harus mengerti apa yang disebut dengan pengembangan paragraf. Paragraf terdiri atas beberapa kalimat. Dalam setiap paragraf atau alinea biasanya terdapat satu pokok gagasan. Gagasan pokok dalam setiap paragraf disebut kalimat topik (topik sentence).
Seberapa panjang paragraf yang baik ? jawabannya terserah penulis itu sendiri. Dengan kata lain, panjang atau pendeknya sebuah paragraf tergantung pada jumlah rincian yang akan ditampilkan untuk mendukung ide pokok dalam paragraf tersebut. Saat kita menulis sebuah paragraf, pikirkanlah calon pembaca yang dituju. Hal-hal yang dirasa cukup sulit dipahami diletakkan dalam paragraf yang pendek, sedangkan hal-hal yang mudah untuk dipahami diletakkan dalam paragraf yang panjang. Hal ini penting karena diharapkan pembaca tulisan kita dapat memahami gagasan pokok dalam setiap tulisan kita. Pemenggalan paragraf juga wajib diperhatikan oleh penulis. Pemenggalan yang baik memungkinkan dengan mudah bagi pembaca untuk memahami alur berfikir dan sistematika penulis aritkel.
Dalam setiap paragraf terdapat sebuah kalimat topik yang didukung oleh kalimat-kalimat pendukung. Kalimat-kalimat pendukung ini menyajikan penjelasan terhadap kalimat topik tersebut. Kalimat topik merupakan kalimat inti dalam suatu paragraf. Kalimat topik ini bisanya diletakkan pada awal paragraf atau bisa juga pada akhir paragraf.
Dalam satu paragraf, bukti-bukti proposisi-proposisi yang sebagian dapat dirangkai dengan berbagai strategi. Ada tiga strategi utama dalam mengurutkan informasi dalam sebuah paragraf (Alwasilah dan Alwasilah, 2007). Pertama, natural order, yaitu cara penyampaian informasi yang ditentukan oleh sifat alamiah materi yang disajikan, seperti berdasarkan ruang : Kiri ke kanan, bawah ke atas, utara ke selatan dan sebagainya ; atau kronologis : dari masa lalu ke saat ini, dari hari ke tahun dan sebagainya. Kedua, logical order, penyajian sebuah paragraf yang ditentukan oleh logika si penulis, misalnya dengan mengikuti logika prokontra, sebab akibat, umum ke khusus, khusus ke umum, perbandingan dan klasifikasi. Ketiga psycological order yaitu cara penyajian oleh penulis  dengan sangat berpihak pada psikologi pembaca, atau untuk menyenangkan pembaca.
Dalam menuangkan sebuah gagasan, menulis bukan hanya memilih cara pengembangan paragraf, tetapi juga memilih cara menyajikan informasi, baik secara verbal, visual, atau numeric. Sebagai penulis, anda harus mampu menentukan melalui apa sebuah informasi dapat disajikan, apakah itu grafik, tabel atau diagram, penyampaian informasi secara verbal benar-benar harus dijelaskan lewat kalimat, konsep, dan pemahaman yang harus dijelaskan secara gamblang agar pembaca benar-benar memahami artikel kita. Sementara itu, penyampaian secara numeric adalah penyampaian informasi dengan cara menunjukkan angka-angka dalam bentuk tabel, bukan dalam kata-kata. Penyampaian informasi secara visual harus dijelaskan secara rinci misalnya tata letak panggung dalam sebuah konser pertunjukan.
Dalam praktik, kita harus bisa memilih dan menggabungkan ketiga metode tersebut. Ketika metode tersebut dapat digunakan secara bergantian agar artikel menjadi lebih menarik dan tidak monoton. Pemilihan metode ini tergantung juga para target membaca yang dituju agar artikel lebih mudah dipahami melalui alat penyampaian yang tepat.
Salah satu kriteria artikel yang baik adalah adanya koherensi atau keterpaduan gagasan. Koherensi terjadi bila dalam tubuh artikel kita terdapat paragraf yang saling terkait satu sama lain. Keterkaitan antar paragraf ini dapat dicapai karena adanya transisi antar paragraf. Cara mengembangkan paragraf agar tetap menjaga kohenrensi adalah dengan menggunakan kata atau fase transisi, yaitu kata atau frase yang menghubungkan ide dan rincian dalam paragraf. Terkadang transisi ini dinyatakan dengan tanda baca titik dua menyatakan eksplanasi, ekspansi, atau ilustrasi ; titik koma menunjukkan bahwa gagasan yang digabungkan saling terkait atau derajatnya sama.
Kata hubung antar paragraf atau kata transisi ini penting sekali untuk menunjukkan keterkaitan antar paragraf. Kata transisi ini dapat menunjukkan penegasan kembali sebuah ide pokok pada paragraf sebelumnya, atau dapat juga menunjukkan sisi lain atau sudut pandang lain dari paragraf sebelumnya. Dengan menggunakan kata transisi yang tepat, keseluruhan tulisan yang kita tulis akan enak dibaca. Berikut ini adalah kata-kata transisi yang lazim dipakai :
·         Kualifikasi : sementara itu, dari pada itu
·         Ilustrasi dan eksplanasi : misalnya, contoh, jadi
·         Komparasi : seperti halnya, sebagai bandingan, demikian pula, demikian halnya
·         Kontras : akan tetapi, tetapi, namun, bila, kendati demikian
·         Konsekuensi : jadi, akibatnya, sehingga, maka dari itu, itulah sebabnya
·         Konsesi : namun demikian, asalkan, dengan catatan
·         Amplifikasi : lebih dari itu, lebih jauh lagi, juga, selain dari itu, memang, sudah barang tentu.
·         Ringkasan atau penyimpulan : akhirnya, kesimpulannya, dengan demikian, pokoknya, jadi, masalahnya, sebagai simpulan.
2.2.1.2.  Langkah Awal Menulis
Pertanyaannya paling mendasar dalam menulis artikel opini di media masa adalah : bagaimana mengawalinya ? kebanyakan orang cenderung bingung bagaimana mengawali menulis artikel. Kebingungan itu terkadang berimbas pada rasa tidak percaya diri, takut atau khawatir tulisannya dianggap jelek sehingga kebanyakan takut memulai, dan akhirnya tidak pernah melakukannya. Untuk keluar dari masalah mendasar ini, sebenarnya kita hanya perlu membangun mentalitas dan menumbuhkan rasa percaya diri. Pembangunan mentalitas dan penumbuhan rasa percaya diri tersebut dapat kita bentuk dengan membiasakan diri untuk membaca, berdiskusi, berlatih menulis. Tanpa kita sadari kemampuan menulis akan tumbuh dengan sendirinya.
Untuk mengawali menulis artikel opini, beberapa langkah berikut ini dapat dilakukan (Hermanvarella, 2009). Pertama, mengawali ide ketika menemukan ide, cobalah analisis masalah (tema) tersebut. Lakukan riset data. Diskusikan dengan banyak orang sehingga analisis kita terhadap tema tersebut menjadi sebuah analisis kritis dan tajam dengan problem solving yang brilin. Kedua, membuat kerangka tulisan secara rinci. Pastikan kerangka kita terstruktur pembuka, isi, dan penutup. Struktur yang demikian memungkinkan hasil tulisan kita mudah dibaca dan dipahami oleh calon pembaca. Ketiga, kumpulkan data dan referensi (buku, majalah, koran, hasil penelitian dan lain sebagainya). Referensi bermanfaat dalam membangun analisis terhadap permasalahan yang akan kita tulis sementara data berfungsi sebagai penguat. Keempat, mulailah menulis. Setelah langkah-langkah sebelumnya kita lakukan, mulailah untuk menulis. Jangan menunda karena semakin banyak tulisan yang dapat kita hasilkan dengan lebih awal memulainya ! terakhir adalah editing. Editing diperlukan untuk mengetahui apakah tulisan kita sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan layak – tidakkah tulisan kita untuk dimuat di media masa. Dalam tahapan editing ini, kita sebaiknya mengajak kawan, senior, guru, atau siapa saja yang bisa kita mintai komentar terhadap tulisan yang kita buat.
Disamping itu, beberapa hal berikut perlu diperhatikan dalam menulis artikel (Sayah, 2008). Pertama, aktualitas. Aktualitas bagi media masa merupakan harga mati. Sebagai penulis kita harus jeli menangkap topik yang sedang hangat menjadi pembicaraan masyarakat. Topik lama dan klasik seperti “17 Agustus 1945” bisa saja menjadi topik aktual dengan judul misalnya “Sudahkah kita merdeka ?” (Kuncoro, 2009b). Namun, pastikan topik yang kita ingin ulas di media masa merupakan topik yang aktual pada saat itu.
Kedua, gunakan bahasa yang lugas. Kebutuhan terhadap bahasa yang lugas dapat dipenuhi dengan memastikan kalimat dalam tulisan merupakan kalimat yang baku (efektif).
Ketiga, petingnya otoritas. Pastikan tulisan yang akan di muat dalam media masa sesuai dengan latar belakang pendidikan kita. Salah satu syarat agar tulisan kita dimuat adalah harus memiliki otoritias untuk menjelaskan kepada publik. Otoritias diperlukan agar pembaca percaya terhadap penulis. Toritas tidak selalu berarti latar belakang pendidikan, tetapi bisa juga berupa aktifitas atau pekerjaan si penulis.
Keempat, bahasa populer. Orang sering merasa bangga karena banyaknya bahasa ilmiah yang digunakan dalam sebuah tulisan. Memang, beberapa orang dapat dengan mudah memahami bahasa ilmiah, tetapi juga tidak sedikit yang dapat memahami bahasa kalangan tertentu tersebut. Untuk menghindari ketidakpahaman dalam kangan pembaca, gunakan bahasa yang populer dan mudah dipahami pembaca.
Yang terakhir, kunci rahasia untuk dapat menulis di media masa adalah bahan ! gunakan skill apa pun yang anda miliki saat ini. Asal bisa menulis kalimat yang orang lain mengerti, itu sudah cukup. Soal bagus atau jelek biarkan saja. Nanti juga diperbaiki oleh editor atau redaktur, asalkan memang isinya “layak terbit”. Sambil terus berjalan saking seringnya menulis, lama-lama gaya atau cara kita menulis itu akan membaik juga secara otomatis. Akan berlaku teori “kuantitas akan melahirkan kualitas”. (Iqbal, 2009)

2.2.1.1.  Gaya Penulisan Artikel Opini
Ada 4 gaya utama dalam menulis sebuah Artikel opini, yaitu eksposisi , deskripsi, argumentasi, dan narasi. Masing-masing mempunyai ciri tersendiri. Patut diketahui bahwa wajar dalam suatu artikel juga terdapat lebih dari satu gaya penulisan.  Contoh-contoh dibawah ini akan memberikan beberapa contoh 1 artikel dengan beberapa gaya tulisan.

Eksposisi
Eksposisi adalah tulisan yang tujuan utamanya adalah mengklarisifikasi, menjelaskan, mendidik, atau mengevaluasi sebuah persoalan. Eksposisi mengandalkan strategi pengembangan paragraf seperti dengan memberikan contoh, proses, sebab-akibat, klasifikasi, definisi, analisis, komparasi, dan kontras. Terkadang untuk menjelaskan uraian, eksposisi dapat dilengkapi dengan grafik, gambar, atau statistik. Sebagai catatan, tidak jarang eksposisi ditemukan hanya berisi uraian tentang langkah/cara/proses kerja. Eksposisi juga sering disebut sebagai paparan proses.
            Slah satu contoh cara gaya penulisan eksposisi adalah artikel yang ditulis oleh Thee Kian Wie yang dimuat oleh harian kompas. Sesuai dengan penjelasan mengenai eksposisi diawal, tulisan ini berusaha untuk mengklarifikasi, menjelaskan, dan mendidik pembaca mengenai perdebatan Neoliberalisme yang hangat dibicarakan pada pilpres 2009. Pilpres diramaikan dengan pemberian cap oleh lawan politik tanpa rinci dengan stigmatisasi kepada salah satu cawapres.
            Thee Kian Wie dengan pengalaman dan keahliannya dibidang sejarah ekonomi, berusaha menjelaskan apa itu “Neolib” dan “Neliberalisme” melalui contoh, definisi, dan analisis. Pada awal tulisannya dia tidak lupa menegaskan hanya membatasi masalah pada pengertian istilah-istilah itu. Tidak lupa contoh nyata disertakan seperti bagaimana kubu neoliberalisme moderat hati-hati dalam mencampuri kebijakan pemerintah yang bertujuan mengutamakan industri tertentu (menghindari kasus serupa proyek “mobil nasional” pada tahun-tahun terakhir orde baru).Pembaca tidak lupa di ajak memahami secara sepintas paham strukturalisme yang percaya perlunya campur tangan fungsional maupun canpur tangan selektif guna mencapai tujuan nasional tertentu. Paragraf akhir memberikan argumen persuasif dengan mengajak kita agar tidak terburu-buru untuk menuduh seseorang sebagai neoliberalisme, apalagi memfitnahnya sebagai “antek asing” yang mengandung konotasi Buruk.

Deskripsi
Gaya deskripsi lebih memberi gambaran verbal terhadap sesuatu yang akan ditulis, baik itu manusia, objek, penampilan, pemandangan, atau kejadian.cara penulisan ini menggambarkan sesuatu ojek atau   sedemikian rupa sehingga pembaca dibuat seolah-olah melihat sendiri, mengalami, dan merasakan apa yang terjadi sebagaimana dipersepsikan oleh pancaindra. Karena dilandaskan pada pancaindra, deskripsi sangat mengandalkan pencitraan yang kongkrey dan mendetail, tulisan dengan gaya deskripsi cenderung impresif dan hidup sehingga dapat menggugah hati para pembacanya. Deskripsi bisa bersifat objektif dan subjektif tergantung tujuan penulisan. Deskripsi juga dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu: deskripsi ekspositoris yang cenderung lebih logis dan deskripsi impressionistis atau stimulatif yang cenderung mengekspresikan apa yang dialami penulis.
            Menurut Alwasilah dan Alwasilah (2007), pola pengembangan paragraf diskripsi ada tiga jenis :
§   Paragraf diskripsi spasial : paragraf ini menggambarkan objek khusus lokasi, tempat, atau geografi.
§   Paragraf deskripsi subjektif : paragraf ini menggambarkan objek seperti tafsiran atau kesan perasaan penulis.
§   Paragraf deskripsi objektif : paragraf ini menggambarkan objek dengan apa adanya atau sebenarnya.
Narasi
Narasi berasal dari kata to narrate, yang berarti bercerita. Cerita adalah rangkaian peristiwa atau kejadian secara kronologis baik fakta maupun rekaan atau fiksi, Narasi bisa saja dimulai dari peristiwa di tengah atau paling belakang sehingga memunculkan alur yang flashback. Narasi bisa bergaya sudut pandang orang pertama sehingga terasa subjektivitas pengarangnya, atau orang ketiga yang akan terasa sangat objektif. Narasi sering kali digabungkan dengan deskripsi dan berfungsi sebagai eksposisi  atau persuasi.
Walaupun kebanyakan berupa nonfiksi, (novel, cerpen, cerbung), narasi bisa bersifat fakta. Contoh- contoh narasi yang berbentuk fakta adalah biologis, otobiografi, atau kisah pengalaman. Pada dasarnya narasi bisa dibagi dalam tiga bagian, yaitu awal,tangah, dan akhir (Alwasih & Alwasih, 2007). Awal narasi biasannya berisi pengantar, yaitu memperkenalkan suasana dan tokoh. Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat memikat pembaca. Bagian tengah adalah bagian munculnya konflik, yang secara alur kemudian akan di giring ke klimaks. Setelah mencapai klimaks, berangsur-angsur cerita akan mereda. Akhir cerita yang mereda ini memiliki carar pengungkapan bermacam-macam. Ada yang menceritakannya ddengan panjang ada yang singkat, namun ada pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita dengan  pembaca untuk menebaknya sendiri.

Argumentasi
Argumentasi adalah sebuah karangan yang membuktikan kebenaran atau ketidak benaran sebuah pernyataan. Tulisan argumen secara tradisional terbagi atas dua kategori, yaitu induktif dan deduktif. Dalam beragumen, penulis dapat memilih  salah satu atau kedua katagori tersebut secara bergantian. Dalam tulisan bersifat argumentatif, penulis menggunakan berbagai stratagi dan retorika-retorika sebagai alat untuk meyakinkan pembaca tentang sesuatu kebenaran atau ketidakbenaran tersebut.
            Argumen dalam tulisan mengandalkan berbagai jenis pertimbangan yang bertujuan untuk menguatkan argumentasi tersebut. Pertimbangan pertama adalah kredibilitas penulis yang menunjukan bahwa sang penulis sangat piawai di bidang yang ia tulis dan banyak tahu tentang suatu situasi sehingga ia sangat menguasai argumentasi-argumentasinya.  Kedua, pertimbangan adanya data empiris untuk membantu menguatkan argumentasinya. Ketiga, pertimbangan asanalar atau logika dengan memberikan pendapat disertai bukti-bukti yang ada sehingga meyakinkan pembaca. Keempat, pertimbangan emosi, nilai, atau etika yang di harapkan dapat menggugah jiwa dan meluluhkan perasaan pembacanya.
            Keempat jenis pertimbangan ini harus digunakan seproposional. Jika pertimbangan kredibilitas penulis terlalu diandalkan, muncul kesan bahwa tulisan kita mengabaikan emosi dari pembacanya. Terlalu mengandalkan logika, membuat tulisan kita terlalu berdarah dingin tanpa menunjukan rasa empati dan simpati. Sebaliknya, bila terlampau mengandalkan pertimbangan nurani, anda akan menunjukan kesan tidak tegas dan lembek.

2.2.2.  Artikel Hasil Penelitian
Hasil-hasil penelitian yang ditulis dalam bentuk artikel untuk kemudian diterbitkan dalam jurnal-jurnal memiliki kelebihan-kelenihan dibanding dengan yang ditulis dalam bentuk laporan teknis resmi. Laporan teknis resmi memang dituntut untuk berisi hal-hal yang menyeluruh dan lengkap sehingga naskahnya cenderung tebal dan direproduksi dalam jumlah yang sangat terbatas, dan akibatnya hanya kalangan yang sangat terbatas saja yang dapat membacanya. Sebaliknya, hasil penelitian yang ditulis dalam bentuk artikel biasanya dituntut uuntuk berisi hal-hal yang penting-penting saja oleh karena, setiap kali terbit,sebuah jurnal memuat beberapa artikel sehingga ruang yang tersedia untuk sebuah artikel terbatas.Jurnal yang diterbitkan oleh suatu fakultas akan dibaca sedikitnya oleh para dosen(dan karyawan)serta para mahasiswa di fakultas tersebut sehingga hasil penelitian yang ditulis dalam bentuk artikel di jurnal akan memiliki pembaca yang jauh lebih banyak daripada laporan yang penelitian yang teknis resmi.Singgkatnya, hasil penilian yang ditulis dalam bentuk artikel dalam jurnal akan memberikan dampak akademik yang lebih cepat dan luas daripada laporan teknis resmi.
2.2.2.1.  Ciri Pokok
Laporan dalam bentuk artikel ilmiahdi bedakan dengan laporan teknis dalam tiga segi, yauitu bahan,sistematika,dan prosedur penuliasan. Ciri pokok pertama yang mebedakan artikel hasil penelitian untuk jurnal hanya berisi hal-hal yang sangat penting saja. Bagian yang dianggap paling penting untuk disajikan dalam artikel hasil penelitian adalah temuan penelitian, pembahasan hasil/temuan, dan kesimpulanya.Hal-hal selain ketiga tersebut cukup disajikan dalam bentuknya yang serba singkat dan seperlunya.Kajian pustaka lazim disajikan untuk mengawali artikel dan sekaligus merupakan suatu pembahasan tentang rasional pentingnya masalah yang di teliti.Bagian awal ini berfungsi sebagai latar belakang penelitian.
            Ciri pokok kedua yang membedakan  artikel hasil penilitan dengan laporan penelitian teknis resmi adalah sisetematika yang digunakan.Laporan penelitian terdiri atas bab dan sub bab, sedangkan artikel dan makalah terdiri atas bagian dan sub bagian. Bagian dan sub bagian tesebut dapat diberi judul atau tanpa judul.Dalam laporan penelitian teknis resmi, kajian pustaka lazimnya di sajukan di bagian kedua(bab II), ya ini setelah bagian yang membahas masalah, pentingnya penelitian, hipotensis (jika ada), tujuan penelitian.Dalam bagian artikel hasil penelitian,kajian pustaka merupakan bagian awal dari artikel(tanpa judul sub bagian kajian pustaka) yang berfungsi sebagai bagian penting dari latar belakang.Kajian pustaka yang sekaligus berfungsi sebagai pembahasan latar belakang masalah penelitian ditutup dengan tujuan penelitian.Setelah itu, berturut turut disajikan hal-hal yang berkaitan dengan prosedur penelitian, hasil dan temuan penelitian, pembahasan hasil, kesimpulan, dan saran.
            Ciri pokok ketiga adalah prosedur penulisan artikel hasil penelitian. Ada tiga kemungkinan prosedur penelitian artikel hasil penlitian.Pertama, artikel hasil penelitian ditulis sebelum laporan penelitian teknis resmi secara lengkap di buat.Tujuannya utuk menjaring masukan-masukan dari pihak pembaca(masyarakat akademik) seblum penelitian mnyelesaikan tulisan lengkapnya dalam bentuk laporan penelitian teknis resmi.Masukan yang diperoleh dari pihak pembaca di harapkan akan dapat meningkatkan kualitas hasil-hasil / temuan penelitinyaa. Kedua, artikel hasil penelitian untuk jurnal ditulis setelah laporan penelitian teknis resmi selesai di susun. Prosedur yang kedua ini berlaku karena pada umumnya penulis laporan penelitian teknis resmi merupakan kewajiban, sedangkan penulisan artikelnya hanya besifat anjuran. Alternatif ke tiga, artikel hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal merupakan satu-satunya tulisan yang dibuat oleh peneliti.Alternatif ketiga ini lazim di lakukan oleh penliti yang memadanai penelitianya sendiri.Bagi peneliti swadana, artikel hasil penelitian dalam jurnal merupakan forum komunikasi yang paling efektif dan efisien.
2.2.2.2.  Isi dan Sistematika
            Penulisan artikel menggunakan sistematika tanpa angka ataupun abjad. Penjelasan lebih rinci akan disajikan pada bab ini.Berikut ini disajikan uraian tentang isi artikel hasil penelitian secara umum yang berlaku untuk hasil penelitian kuantitatif ataupun kualitatif.





Judul
            Judul artikel hendaknya informatif,lengkap,tidak terlalu panjang atau terlalu pendek, yaitu antara 5-15 kata.Judul artikel memuat variabel-variabel yang diteliti atau kata kunci yang menggambarkan masalah yang diteliti.

Nama Penulis
            Nama penulis artikel ditulis tanpa disertai gelar akademik atau gelar lain apapun. Nama lembaga tempat bekerja peneliti ditulis sebagai catatan kaki di halaman pertama.Jika lebih dari 2peneliti ,hanya nama peneliti utama saja yang di cantumkan diibawah judul;Nama peneliti ditulis dalam catatan kaki.

Sponsor
            Nama sponsor penelitian ditulis sebagai catatan kaki pada halaman pertama, diletakan diatas nama lembaga asal peneliti.

Abstrak dan kata kunci
            Abstrak berisi pernyataan ringkas dan padat tentang ide-ide yang paling penting.Abstrak memuat masalah dan tujuan penelitian, prosedur penelitian(untuk penelitian kualitatif)termasuk deskripsi tentang subjek yang diteliti, dan ringkasan hasil penelitian(bila diangkap juga kesimpulan dan implikas).tekanan diberikan pada hasil penelitian.Hal-hal lain seperti hipotesis ,pembahasan, dan saran tidak di disajikan. Abstark hendaknya ditulis dalam bahasa inggris. Terjemahan judul artikel beebahasa indonesia dimuat pada baris pertma abstrak bebbahasa inggris. Panjang abstrak 50-75  kata dan ditulis dalam satu paragraf. Abstrak diketik dengan spasi tunggal dengan memggumakan format yang lebih sempit dari teks utama.
            Kata kunci adalah kata pokok  yang menggambarkan daerh masalah yang diteliti istilah-istilah  yang merupakan dasar pemikirean gagasan dalam karangan asli, berupa kata tunggal atau gabungan kata. Jumlah kata kunci sekitar 3-5 buah. Kata kunci diperlukan untuk komputerisasi sisitem  informas ilmiah. Dengan kata kunci dapat ditemukan judul-judul penelitian besera abstraknya dengan mudah.

Pendahuluan
            Pendahuluan tidak diberi judul, ditulis langsung setelah abstrak dan kata kunci.Bagian ini menyejikan kajian pustaka yang besrisi paling sedikit tiga gagasan (1)Latar belakang atau rasional penelitian,(2) masalah dan wawasan rencana pemecahan masalah,(3) rumusan tujuan penelitian(dan harapan tentang manfaat hasil penlitian).
Metode
            Pada dasarnya bagia  ini menyajikan bagaimana penelitian di lakukan.Usaha di sajikan dalam beberapa paragraf tanpa sub bagian, atau di pilah pilah menjadi beberapa sub bagian. Hanya hal-hal yang pokok saja yang di sajikan.Uraian rinci tentang rancangan penelitian tidak perlu diberikan.
Pada bagian ini materi pokoknya adalah bagaimana data dikumpulkan, siapa sumber data, dan bagaimana data dianalisis.Apabila uraian ini disajikan dalam subbagian, maka subbagian itu antara lain berisi keterangan tentang populasi dan sample (atau subjek), instrumental pengumpulan data, rancangan penelitian (terutama jika digunakan rancangan yang cukup kompleks seperti rancangan eksperimental), dan teknik analisis data.

Hasil
            Bagian hasil adalah bagian utama artikel ilmiah, dan oleh karna itu biasanya merupkan bagian terpanjang. Bagian ini menyajikan hasil-haisl analisis data; yang di laporkan adalah hasil bersih. Proses analisis data(seperti perhitungan statistik) tidak perlu disajikan. Proses pengujian hipotesispun tidak perlu disajikan, termasuk pembandingan antara koefisien yang ditremukan dalam analisis dengan koefisien dalam tabel statistik. Yang dilaporkan adalah hasil analisis dan pengujian hipotesis.
            Hasil analisis boleh disajikan dengan tabel atau grafik. Tabel ataupun grafik harus diberi komentar atau dibahas.Pembahasan tidak harus di lakukan per tabel atau grafik.Tabel atau grafik digunakan untuk memperjelas pengejian secara verbal.
            Apabila hasil yang disajikan cukup panjang, penyajian bisa dilakukan dengan memilah milah menjadi subbagian-subagian sesuai dengan penjabaran masalah penelitian.Apabila bagian ini pendek, bisa di gabung dengan bagian pembahasan.Untuk penelitian kualitatif, begian hasil memungut bagian-bagian rinci dalam bentuk subtopik-subtopik yang berkaitan langsung dengan fokus penelitian.

Pembahasan
            Bagian ini adadalah bagian terpenting dari keseluruhan isi artikel ilmiah.Tujuan pembahasan adsalah (a) menjawab masalah penelitian atau menunjukan bagaimana tujuan penelitian itu dicapai, (b) menafsirkan temuan-temuan,(c) mengintegrasikan temuan penelitian kedalam kumpulan pengetahuan yang telah mapan, dan (d) menyusun teori baru atau memodifikasi teori yang ada.
Kesimpulan dan Saran
            Kesimpulan menyajikan ringkasan dari uraian yang disajikan pada bagian hasil dan pembahasan.Berdasarkan uraian pada kedua bagian itu, dikembangkan pokok-pokok peikiran yang merupakan esensi dari uraian tersebut. Kesempulan disajikan dalam bentuk essei, bukan daloam bentuk nemerikal.
            Saran disusun berdasarkan kesimpulan yang telah ditarik.Saran-saran bisa mengacu kepada tindakan praktis atau pengembangan teoretis, dan penelitian lanjutan. Bagian saran bisa berdiri sendiri. Bagian kesimpulan dan saran dapat pula disebut bagian penutup.

Daftar Rujukan
            Daftar rujukan harus lengkap dan sesuai dengan rujukan yang disajikan dalam batang tubuh artikel ilmiah.Bahan pustaka yang dimasukan dalam daftar rujukan harus sudah di sebutkan dalam batang tubuh artikel.Demikian pula semua rujukan yang sebutkan dalam batang tubuh harus disajikan dalam daftar rujukan.

2.2.2.  Artikel Nonpenelitian
               Istilah nonpenelitian mengacu kepada semua jenis artikel ilmiah yang bukan merupakan laporan hasil penelitian. Artikel yang termasuk katagori artikel nonpenelitian antaralain berupa artikel yang menelaah suatu teori ,konesep, atau prisnsip ;mengembangkan suatu model ,mendeskripsikan fakta atau fenomena tertentu ,menliai suatu produk, dan masih banyak jenis yang lain. Karena beragamnya jenis artikel ini, maka cara penyajianya didalam jurnal sangat berfariasi.
Ketentuan artikel nonpenelitian pada dasarnya berlaku juga untuk juga peenulisan makalah pendek( yauti makalah yang panjangnya tidak lebih dari 20 halaman) ,kecuali dalam makalah pendek abstrak dan kata kunci tidak harus ada.

Isi dan Sistematika
Penulisan artikel menggunakan sistematika tanpa angka ataupun abjad. Panjelasan lebih rinci disajikan pada bagian pedoman ini.
Sebuah artikel  nonpenelitian berisi hal-hal yang sangat esensial; karna itu biasanya jumlah halaman yang disediakan tidak banyak (antara 10-20 halaman).Unsur pokok yang harus ada dalam artikel nonpenelitian dan sistematikanya adalah (1) Judul artikel ,(2) Nama artikel ,(3) abstrak dan kata kunci ,(4) pendahuluan ,(5) Bagian inti ,(6) Pnutup ,(7) Daftar pustaka.

Judul
Judul artikel berfungsi sebagai label yang mencerminkan secara tepat isi yang terkandung dalam artikel. Untuk itu ,pemilihan kata yang dipakai dalam judul artikel hendaknya dilakukan secara cermat.Disamping aspek ketepatanya, pemilihan kata-kayta untuk judul perlu juga mempertimbangkan pengaruhnya terhadap daya tarik judul pada pembaca.Judul artikel sebaiknya terdiri atas 5-15 kata.

Nama Penulis
Nama penulis artikel ditulis tanpa disertai gelar akademik atau gelar lain apapun. Nama lembaga tempat bekerja penulis ditulis sebagai catatan kaki dihalaman pertama. Jika lebih dari 2 penulis, hanya nama penulis utama saja yang di cantumkan dibawah judul; nama penulis lain ditulis dalam catatan kaki.

Abstrak dan Kata Kunci
Untuk artikel nonpenelitian, abstrak berisi ringkasan dari isi artikel yang dituangkan secara padat, bukan komentar atau pengantar dari penyunting atau redaksi.Abstrak hendaknya ditulis dalam Bahasa Inggris.Terjemahan judul artikel berbahasa Indonesia dimuat pada baris pertama abstrak berbahasa Inggris. Panjang abstrak 50-75 kata dan ditulis dalam satu paragraf. Abstrak diketik dengan spasi tunggal dengan mengunakan format yang lebih sempit dari isi teks utama(margin kanan dan kiri menjorok masuk 1,2 cm).
Kata kunci adalah kata pokok yang menggambarkan daerah msalah yang dibahas dalam artikel atau istilah-istilah yang merupakan dasar pemikiran gagasan dalam karangan asli, berupa kata tunggal atau gabungan kata. Jumlah kata kunci sekitar 3-5 buah.Kata kunci diperlukan untuk komputerisasi sistem informasi ilmiah.Dengan kata kunci dapat ditemukan judul-judul tulisan beserta abstraknya dengan mudah.

Pendahuluan
Berbeda dengan isi pendahuluan didalam artikel hasil peneilitan, bagian pendahuluan dalam artikel nonpenelitian berisi uraian yang mengantarkan pambaca kepada topik utama yang akan dibahas. Oleh karna itu, isi bagian pendahuluan menguraikan hal-hal yang mampu menarik pembaca sehingga mereka “tergiring” untuk mendalami bagian selanjutnya.Selain itu bagian pendahuluan hendaknya diakhiri dengan rumusan singkat (1-2 kalimat) tentang hal-hal pokok yang akan dibahas.Bagian pendahuluan tidak diberi judul

Bagian Inti
Judul, judul bagianm dan isi bagian inti sebuah artikel nonpenelitian sangat bervariasi, tergantung pada topik yang dibahas. Hal yang perlu mendapat perhatian pada bagian inti adalah pengorganisasian isinya.Uraian yang lebih rinci mengenai cara pengorganisasian isi dibahas pada paparan berikutnya.



Penutup
Istilah penutup digunakan sebagai judul bagian akhir dari sebuah artikel nonpenelitian, jika isinya hanya berupa catatan akhir atau yang sejenisnya. Jika uraian pada bagian akhir puisi kesimpulan hasil pembahasan pada bagian sebelumnya, perlu dimasukkan pada bagian kesimpulan. Kebanyakan artikel nonpenelitian membutuhkan penelitian.
Ada beberapa artikel nonpenelitian yang dilengkapi dengan saran. Sebaiknya saran ditempatkan dalam bagian tersendiri.

Daftar Rujukan
Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah disebutkan dalam batang tubuh artikel. Daftar rujukan harus lengkap, mencakup semua bahan pustaka yang telah disebutkan dalam batang tubuh artikel.

Pengorganisasian Isi
Pengorganisasian ini mengacu kepada cara penataan uraian isi yang akan dipaparkan dalam artikel. Isi yang dimaksud dapat berupa fakta, konsep, prosedur, atau prinsip. Tipe isi yang berbeda memerlukan penataan urutan yang berbeda, tergantung pada struktur isinya.
Berikut ini adalah langkah yang perlu dilewati untuk menghasilkan pengorganisasian isi artikel yang baik : (1) Mengidentifikasi tipe isi yang akan dideskripsikan dalam artikel, (2) menetapkan struktur isi, (3) Menata isi ke dalam strukturnya, (4) Menata urutan isi, dan (5) Mendeskripsikan isi mengikuti urutan yang telah ditetapkan.
Mengidentifikasi tipe isi yang akan dideskripsikan dalam artikel merupakan langkah paling awal yang perlu dilewati. Isi yang dimaksud perlu dikaji secara cermat apakah berupa konsep, prosedur, atau prinsip. Tipe isi dikatkan konsep apabila menekankan uraian tentang “apanya” tipe isi prosesdur menekankan “bagaimana”, dan tipe isi dikatakan prinsip apabila menekankan “mengapa”.
Menetapkan struktur isi merupakan langkah lanjutan setelah penetapan tipe isi, strutur isi mengacu pada kaitan antar isi. Penataan isi artikel perlu memperhatikan struktur isinya. dari struktur isi dapat diketahui isi mana yang selayaknya diuraikan lebih dulu, dan isi mana yang diuraikan kemudian, serta seberapa dalam setiap isi perlu diuraikan.
Tipe isi berbeda menuntut struktur isi yang berbeda. Apabila isi yang akan diuraikan dalam artikel berupa konsep-konsep, maka isi ini sebaiknya ditata ke dalam struktur konseptual. Apabila isi yang akan diuraikan berupa prosedur, maka penataannya menuntut penggunaan struktur prosedural. Apabila isi yang akan diuraikan berupa prinsip, tatalah prinsip-prinsip ini ke dalam struktur teoretik.
Langkah ketiga adalah menata isi ke dalam strukturnya. Apabila hasil langkah ke dua di atas ternyata mengarah ke pembuatan struktur konseptual, maka langkah berikutnya adalah memilih semua konsep penting yang akan diuraikan dan menatanya menjadi suatu struktur yang bermakna yang secara jelas menunjukkan keterkaitan antar konsep itu.
Langkah keempat adalah menata urutan isi penataan ini dilakukan berpijak pada struktur yang telah dibuat pada langkah ketiga. Pada langkah ini semua konsep, atau prosedur, atau prinsip yang telah dimasukkan dalam strukturnya ditata urutan pemaparannya. Beberapa ketentuan penataan urutan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.
Pertama, paparkan struktur isi, sedapat mungkin, pada bagian paling awal dari artikel. Struktur isi yang memuat bagian-bagian penting sebuah artikel dan kaitan-kaitan antar bagian itu perlu dipaparkan pada bagian awal untuk disajikan kerangka acuan paparan isi yang lebih rinci.
Kedua, paparkan bagian isi terpenting di bagian pertama. Pada tahap pemaparan isi yang diambil dari suatu struktur upayakan memaparkan isi yang paling penting pertama kali. Penting tidaknya bagian isi ditentukan oleh sumbangannya untuk memahami keseluruhan isi artikel. Misalnya, jika konsep-konsep yang akan dipaparkan memiliki hubungan prasyarat belajar, maka konsep-konsep yang mempersyarati sebaiknya dipaparkan terlebih dahulu.
Ketiga, sajikan isi secara bertahap dari umum ke rinci. Isi yang lebih umum sebaiknya disajikan mendahului isi yang lebih rinci. Selain itu, setiap paparan suatu bagian isi sebaiknya selalu ditunjukkan kaitannya dengan bagian isi yang lain.
Setelah langkah pertama sampai keempat dilewati, penulis artikel membuat paparan isi sesuai dengan urutan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam memaparkan isi upayakan menggunakan tahapan tingkat umum ke rinci, secara bertahap. Dengan cara ini, tingkat sajian yang lebih umum akan menjadi pijakan bagian sajian isi yang lebih rinci.

2.3.  Contoh Artikel
2.3.1.  Artikel Opini
Oleh A Fatih Syuhud
Natan Sharansky, disiden terkenal Yahudi Soviet yang dibebaskan setelah hukuman penjara sembilan tahun, terkadang dianggap sebagai inspirasi untuk kebijakan perubahan rezim neo-konsevatif. Khusus mengenai pandangannya pada rasionalisasi neo-imperialisme terbaru dalam mencegah terjadinya prinsip kedaulatan nasional dengan atau tanpa intervensi bersenjata, dan tentang keefektivan aktual dalam menghasilkan perdamaian yang stabil.
Argumen Sharansky, seperti tersebut dalam bukunya The Case for Democracy: The Power of Freedom to Overcome Tyranny and Terror (dengan Ron Dermer, Public Affairs, New York 2004) adalah berdasarkan pada keyakinan bahwa apa pun rezim atau budaya, seluruh umat manusia pada dasarnya mencintai kebebasan, dan akan memilihnya apabila diberi kesempatan, sebagaimana yang terjadi pada Eropa Timur pada 1989. Dia juga berpendapat bahwa disiden di era moral hitam putih Uni Soviet membutuhkan kekuatan batin untuk melawan kejahatan. Dalam membagi bangsa-bangsa ke dalam masyarakat yang bebas dan masyarakat yang takut (fear society), dia menggambarkan pemerintahan pada kelompok kedua sebagai merampas kebebasan, hak milik, budaya dan sejarah rakyatnya. Ketika teror internal tidak lagi ada, pemerintah semacam itu akan menciptakan lawan eksternal, baik riil atau hanya persepsi, guna memelihara dukungan populer. Dalam menghadapi ancaman eksternal, rakyat akan secara sukarela tunduk pada segala bentuk deprivasi dan ongkos yang mesti diemban: negara sebebas Amerika sekalipun telah mentoleransi perampasan hak kebebasan sipil pasca-11/9.
Mekanisme demokrasi menciptakan pemimpin yang bertanggung jawab yang tidak dapat terpilih kembali apabila mereka mengadopsi kebijakan agresif tanpa dukungan dari publik. Dengan demikian, demokrasi lebih enggan melakukan perang sekalipun apabila kepentingan nasionalnya sendiri memaksa melakukannya. Sharansky menyimpulkan bahwa karena sistem demokrasi bertindak sebagai rem pada individu agresif, maka hanya demokrasi yang dapat menjadi basis menuju perdamaian murni dalam bentuk apa pun.
Tesisnya ini didukung oleh kajian empiris yang menunjukkan bahwa masyarakat demokratis tidak akan berperang satu sama lain. Semuanya tergantung pada bagaimana demokrasi itu didefinisikan, dan dengan merasuknya demokrasi ke dalam berbagai budaya yang berbeda, banyak hal yang perlu direkonsiliasikan.
Ada dua hal berbeda yang cukup penting antara agenda Sharansky dan agenda yang dianut AS di Irak. Untuk “melunakkan” negara yang berpotensi ancaman, dia mendukung sanksi dan tekanan diplomatik yang dikaitkan dengan HAM, bukan intervensi militer langsung. Kedua, dia tidak sepakat dengan pengadaan pemilu di negara yang baru “dibebaskan”. Sebaliknya, dia lebih memilih periode interim selama tiga sampai empat tahun untuk membangun institusi sipil, membangun sistem kebebasan baru. Karena tesisnya ini berkaitan dengan masyarakat yang telah terbebas, maka teori ini tentunya tidak berlaku untuk kasus Irak saat ini.
Berbeda dengan kalangan realis, Sharansky menekankan perlunya moralitas dalam hubungan internasional. Akan tetapi pemahamannya atas moralitas berbeda dengan kalangan liberal Amerika dan Eropa yang kritiknya atas Reagan dan Bush dia anggap sebagai pembasmian moral, yang berdasar pada kurangnya analisis atas karakter sebenarnya dari totalitarianisme.
Kebebasan bukanlah ketakutan, tapi tatanan. Kebebasan harus dijaga dari pembusukan kebebasan mutlak dan kekacauan. Sebagaimana tatanan dari sikap opresif dan kejam. Akan tetapi kebutuhan sosial atas tatanan sama validnya dengan butuhnya individual atas kebebasan.
Kondisi tak stabil dapat membuka jalan ketertiban melalui rezim totalitarian, otoritarian, atau despot. Hal ini pada gilirannya akan mengecewakan dan mengaktifkan kemauan untuk bebas. Oleh karena itu, diperlukan kemampuan untuk menjaga keseimbangan antara kebebasan dan ketertiban, khusus untuk dunia ketiga, bagi pembangunan ekonomi.
Sharansky membuat dikotomi terlalu tajam antara demokrasi dan tirani, karena sejumlah rezim non-demokratik ada juga yang menghormati HAM.
Bangsa Tibet pada prakemerdekaan 1949, sebagai contoh, tidak dapat memenuhi separuh dari empat poin tes kebebasan Sharansky. Pertama, rakyat tidak dapat berbicara terus terang apabila itu bertujuan untuk mengeritik Dalai Lama. Kedua, mereka tidak dapat mempublikasikan (menyiarkan) opini yg menentang. Tetapi mereka, ini yang ketiga, bebas mengamalkan agama dan kepercayaan. Keempat, bebas mempelajari sejarah dan budaya mereka.
Begitu juga, Menteri Senior Singapura Lee Kuan Yew yang dikritik tajam karena mengekang kebebasan berpolitik, tapi berhasil gemilang dalam mengantar penduduk negara-kota itu menjadi terdidik, terintegrasi, makmur dan tenang.
Memang, humanisme modern dengan fondasi HAM mendapat tempat ekspresi terbaiknya pada sistem demokrasi. Akan tetapi paradigma HAM seperti yang terdapat dalam Universal Declaration itu sendiri agak kontroversial mengingat konsepsi dasarnya diambil dari nilai-nilai Yudeo-Kristen, yang dipandang oleh sebagian kalangan sebagai berbau kental nuansa kultur dan sosial barat dan karena itu bukan murni bernilai universal. Kehendak untuk tidak ditindas dan dikekang, keinginan untuk “bebas dari” rasa takut, jelas bernilai universal. Tetapi kebebasan dalam sistem demokrasi termasuk di dalamnya “bebas untuk” tak jarang bertentangan dengan budaya lokal, dan dapat dianggap sebagai ancaman pada kultur dan tatanan sosial yang ada.
Dengan demikian, proyek demokratisasi tampaknya menjadi tantangan pada esensi pluralisme umat manusia, kecuali apabila dibuat pemisahan jelas antara politik dan kultur, yang cukup problematik. Dalam dunia kontemporer, demokrasi sedang mendapat tempat sebagai bentuk pemerintahan ideal. Apabila ia terbukti fleksibel untuk beradaptasi, dan kultur setempat dapat menerima separonya saja, maksa aplikasinya dapat terus meningkat.
Apabila lebih banyak lagi negara yang terdemokratisasi tanpa serangan pada kedaulatan mereka, tidak seperti dalam kasus Irak, maka skenario terciptanya kesepakatan internasional semakin dimungkinkan. Ini bukan jaminan 100 persen menuju perdamaian, tetapi jelas dapat mengurangi potensi konflik.
Penulis adalah mahasiswa
Ilmu Politik Agra University, India.

2.3.2.  Artikel Hasil Penelitian

ROKOK SANGGUP MEMICU STRES?

Bagi para perokok, kebanyakan dari mereka merpikir bahwa dengan cara tersebut dapat mengurangi stres yang mereka rasakan. Namun, apakah hal tersebut benar?
Menurut para ahli kesehatan, banyak penelitian telah membuktikan hal itu. Merokok sama sekali tidak dapat menghilangkan stres, dikutip dari Methods Of Healing.
Hasil penelitian menunjukkan, pada situasi tertentu kebanyakan perokok memang memiliki tingkat stres lebih tinggi dibandingkan orang tidak merokok. Setelah merokok, mereka berpikir merasa lebih lega dan santai, padahal yang dirasakan itu merupakan bentuk ketergantungan pada nikotin.
Memang benar bahwa Anda bisa merasa lega dan santai saat menghisap asap rokok. Tetapi, sebenarnya hal itu bukan karena rokok. Dengan kata lain, itu semua karena Anda telah kecanduan nikotin sehingga setiap kali stres datang Anda butuh nikotin.
Penelitian ini mengungkapkan fakta sebaliknya. Rokok tidak mengurangi stres, justru sebaliknya, stres Anda bisa meningkat gara-gara rokok.
Contoh sederhananya begini, ketika Anda sudah tidak tahan untuk merokok, sementara di kantong sudah tidak ada uang, maka Anda akan stres.
Atau, ketika Anda berkantor di gedung yang ada larangan merokok, hal ini bisa membuat Anda makin stres. Sudah stres karena pekerjaan, ditambah lagi stres karena tidak bisa memenuhi kecanduan Anda terhadap asap tembakau.
Penelitian kesehatan juga mengungkapkan, orang yang merokok memiliki perubahan suasana hati. Dia merasa bahagia ketika bisa merokok. Itu terjadi karena dia telah benar-benar kecanduan. Padahal kebahagiaan yang dirasakan sama sekali bukan karena tembakau.
Jadi, kemungkinan yang terbaik untuk Anda adalah berhentilah berpikir bahwa merokok akan mengurangi stres dan meningkatkan kebahagiaan. Jika Anda berhenti merokok, mungkin Anda akan merasa stres selama beberapa hari. Tapi setelah Anda melewati masa-masa penyesuaian ini, percayalah Anda sedang menuju tubuh dan jiwa yang sehat. Otomatis, stres akan menjauh dari kehidupan Anda. (vivanews.com)

2.3.3.  Artikel Nonpenelitian
KITAKAH GURU YANG MEMILIKI KECERDASAN EMOSIONAL??
Untukmu guru favoritku, demikia acara yang digelar harian Jawa Pos selama bulan Novemeber 2003. Menurut siswa pemenang, guru favorit pilihannya itu bijaksana dan tegas. Guru favorit belum tentu guru yang teladan dan guru favorit seorang siswa jumlahnya tak terhitung banyaknya (Jawa Pos, 15-12-2003).
Pertanyaan mengapa sampai timbul istilah
 favorit? Hal ini tidak lepas dari citra seorang guru yang menyangkut kepuasaan siswa. Untuk memenuhi dan menciptakan kepuasan siswa adalah tidak mudah.
Guru adalah seorang pembimbing dan pengarah, yang mengemudikan “perahu” tetapi tenaga “perahu” tersebut adalah siswa yang belajar. Pendapat tersebut memang benar adanya, akan tetapi lebih baik lagi apabila guru pun merupakan sebuah “lokomotif” yang berarti seorang penggerak yang memberikan tenaga, motivasi, dorongan, pengarahan, bimbingan, keteladanan serta tetap bergerak dan menjaga agar siswanya tetap berada di “rel” yang benar. Semua siswa mengetahui dari pengalaman sendiri bahwa guru berperan dalam proses pembelajaran. Banyak harapan siswa terhadap guru, dan apabila harapan tersebut tidak terpenuhi mereka akan sangat kecewa. Guru pun menyadari perannya untuk siswa, karena dinamika kehidupan yang ada dan terjadi saat ini banyak sekali pengaruhnya pada bverbagai lapisan masyarakat, tidak terkecuali pada masyarakat pendidik. Perubahan zaman yang diikuti berbagai macam perubahan kondisi sosial yang ada memberi pengaruh pada pola pembelajaran di sekolah. Perubahan zaman yang sangat cepat menyebabkan menurunnya kecerdasan emosional di berbagai lapisam masyarakat, tidak terkecuali di kalangan sekolah dan guru. Sifat manusia untuk melindungi diri rasanya menjadi naluri setiap orang, misalnya melindungi diri dari serangan orang lain termasuk tindak kemarahan orang lain terhadap dirinya.
Selanjutnya kejujuran dalam kehidupan masyarakat kita sering menjadi sumber mala petaka. Apabila seorang anak mengaku jujur ia aka memperoleh kemarahan. Misalnya siswa mengaku jujur tidak mengerjakan tugas dengan alas an sebenarnya, ia akan mendapat marah dari yang memberi tugas. Sebenarnya sebagai solusi ia dapat diberi waktu untuk menyelesaikan tugas itu daripada dimarahi. Demikian pula bila siswa mengantuk selalu mendapati kemarahan, padahal mengantuk itu alamiah, akibatnya ia berusaha menipu dan selamat daripada mengatakan sebenarnya tetapi mendapat marah. Selain itu apabila ada siswa yang sangat kritis dan sering mengajukan berbagai pertanyaan, bagi seorang guru yang memiliki keserdasan emosional siswa tersebut mendapat perhatian positif. Aka tetapi bagi guru yang tidak memiliki kecerdasan emosional, hal tersebut diterima sebagai ancaman bagi dirinya bahkan sekolah.
Goleman menyatakan, kecerdasan emosional dikembangkan dalam lima dimensi, yaitu sadar diri (self awareness), mampu mengatur diri (self regulation), mampu memotivasi diri (self motivation), memahami perasaan orang (emphaty), menjaga persahabatan (sosial skill). Kecerdasan emosional merupakan suatu kesatuan kapabilitas seseorang yang bersifat non kognitif, kompetensi dan keahlian yang mempengaruhi salah satu kemampuan untuk sukses di lingkungan masyarakat atau dalam keadaan tertekan. Selanjutnya terdapat tujuh kunci yang berhubungan dengan kecerdasan emosional, yaitu;
1. percaya diri (confidence) 2. rasa ingin tahu (curiosity) 3. Tekun dan bersungguh-sungguh (intentionality) 4. kontrol diri (self control). Kemampuan mengontrol aktivitas sendiri secara benar dan perasaan yang dikontrol dari dalam. 5. kemampuan untuk berkomunikasi (capacity to communicate) 6. kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain (relatedness) 7. kemampuan dalam bekerja sama (cooperativeness)
Selanjutnya dikatakan bahwa, kemampuan pengendalian diri merupakan basis dari kemauan (will) dan watak (character). Akar cinta terhadap sesame terletak pada empati, yaitu kemampuan membaca emosi orang lain yang akan menimbulkan rasa kasih sayang. Dengan demikian, cerdas menempatkan emosi sebagai inti daya hidup. Kecerdasan emosional yang dilandasi rasa saling percaya dapat membentuk suatu kelompok kerja yang mampu mengatasi rasa takut, peningkatan kekuasaan dan saling curiga.
Setiap guru dapat dikatakan cerdas apabila mampu memanfaatkan setiap unsure informasi yang ada dan beragam secara tepat waktu dan tepat guna, mampu memecahkan masalah, menghadapi tantangan, menciptakan siswa yang handal, mengatasi interaksi kompleks diantara orang-orang, serta peran masing-masing. Lingkungan sekolah dan guru masa depan adalah mereka yang berlandaskan kecerdasan emosional memiliki;
1. ketrampilan menjadi katalisator perubahan 2. kemajuan beradaptasi 3. kemampuan memanfaatkan keragaman 4. kemampuan menjadi anggota tim.
Oleh karena itu telah saatnya dimulai pola hidup yang transparan, guru menjadi tempat tumpuhan keluhan siswa. Tidak sebaliknya justru siswa takut apabila persoalannya diketahui guru. Dengan demikian peran alternative guru adalah sebagai orang tua. Selanjutnya bagaimana guru mau mengakui keterbatasan dan kelebihan setiap siswanya. Bagaimana dapat menerapkan pendidikan dengan kecintaan. Pengakuan terhadap keadaaan apa adanya dari setiap siswa adalah cermin kecintaan. Dalam kondisi demikian maka diharapkan seorang siswa dapat berkembang wajar, memiliki pribadi yang kondusif di masa datang diantaranya adalah sosialisasi mereka terhadap:
1. kebiasaan hidup dengan transaksi sosial horizontal yang transparan, 2. makna pendidikan sekolah, keluarga, dan makna peran sosial, 3. tingkat kesehatan diri dan masyarakat, dan 4. kedewasaan emosional, serta 5. membangun ketahanannya terhadap kegagalan.
DAFTAR RUJUKAN
Mukhtar, Ervin A Priambodo.2002.Mengukir Prestasi Panduan Menjadi Guru Professional.Jakarta:Misaka Galiza.
Goleman,  Daniel. 2001. Working with emotional intelligence. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Jawa Pos.15 Desember 2003.Untukmu Guru Favoritku.Metropolis.

BAB III
PENUTUP
3.1.  Simpulan
Artikel merupakan jenis karya tulis ilmiah yang dipublikasi secara umum. Artikel merupakan karangan ilmiah yang sudah dikemas dengan menggunakan bahasa yang diperkirakan akan dapat dipahami oleh para pembaca dalam lingkup yang lebih luas. Bentuk karangan ini diantaranya artikel yang disajikan untuk media cetak, seperti surat kabar atau majalah.
Artikel biasanya berupa opini yang dikemas dalam bentuk karangan ilmiah populer. Masalah yang disajikan dalam artikel biasanya persoalan yang sangat faktual dan sejalan dengan headline berita dari surat kabar atau majalah tersebut. Oleh karena itu, tulisan artikel biasanya mengangkat topik-topik sederhana dan faktual. Selain itu, adapula artikel yang disajikan dalam majalah ilmiah atau jurnal ilmiah. Sekali pun bentuknya opini atau hasil kajian, tetapi yang ditayangkan dalam jurnal ini sangat terbatas oleh jumlah halaman yang tersedia sehingga diperlukan kecakapan penulis di dalam meramu menjadi tulisan ilmiah yang lebih simpel.
Penyajian artikel untuk kepentingan publikasi dalam media cetka umum dikemas dalam bentuk yang lebih sederhana, bahkan jumlah halaman pun mengikuti ketentuan teknis penerbitan dari media tersebut. Sementara itu, jika menulis artikel untuk jurnal ilmiah selain ketentuan jumlah halaman sebagaimana dalam media cetak, bagian-bagian yang harus tersaji dalam jurnal pun harus mengikuti gaya selingkung dari jurnal tersebut. Misalnya, sebuah jurnal menghendaki bagian-bagian berkiut yang harus disajikan dalam jurnal, yaitu judul, abstrak, kata kunci, pendahuluan, pembahasan, simpulan, daftar pustaka dan biodata.
Untuk memperkuat argumen yang disajikan dalam artikel, biasanya digunakan dasar teoritis, ketentuan atau kebijakan, fakta-fakta atau logika umum. Berdasarkan hal tersebut, penulis mengembangkan argumen ilmiahnya serta pertautan antar argumen dengan penjelas untuk membahas masalah, serta solusi yang disodorkan dalam memecahkan masalah. Dalam artikel selalu disajikan solusi atas permasalahan yang disajikan di bagian awal tulisan.

3.2.  Saran
1.      Kepada rekan-rekan semoga ketika menghadapi sebuah tugas atau perintah dari guru / dosen hendaknya dilaksanakan dan dikerjakan secara bertahap jangan menggunakan sistem kebut semalam, yang nantinya akan mengakibatkan situasi kontrol dan emosi ketika mempresentasikan akan terganggu karena kurang tidur semalaman.
2.      Makalah ini merupakan tonggak awal pembuatan makalah di perguruan tinggi, maka jika ada kesalahan-kesalahan baik yang sifatnya kecil atau besar maka kami mohon bimbingan dan arahan dari semua pihak.
3.      Semoga kita semua semakin bersemangat ketika menyelesaikan tugas, baik tugas individu maupun tugas kelompok.

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Negeri Malang. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Departemen Pendidikan Nasional.  Malang
Kuncoro, Mudrajad. 2009. Mahir Menulis. Erlangga. Jakarta
Kusmana, Suherli. 2010. Merancang Karya Tulis Ilmiah. Bandung. PT. Remaja Rosda Karya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar