Powered By Blogger

Sabtu, 25 Februari 2012

Makalah Belajar dan Pembelajaran





MASALAH-MASALAH INTERN BELAJAR YANG DAPAT MEMPENGARUHI PRESTASI SISWA

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Belajar dan Pembelajaran
Dosen pengampu Drs. Said Alhadi, M.Pd.




Oleh :
IMAN ROHIMAN
NIM :  11001115






 
















UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
Oktober 2011

ABSTRAK

Prestasi belajar di sekolah sangat dipengaruhi oleh kemampuan umum kita yang diukur oleh IQ, IQ yang tinggi meramalkan suskse terhadap prestasi belajar. Namun IQ yang tinggi ternyata tidak menjamin sukses di masyarakat (Segal, 1997:14). Pada permulaan tahun sembilan puluhan berbagai penelitian menunjukkan (Segal, 1997:5) bahwa diinspirasi oleh berbagai psikolog humanis seperti Maslow, Rollo May, Carl Rogers yang sangat memperhatikan segi-segi subyektif (perasaan) dalam perkembangan psikolog, eksplorasi tentang emosi telah menunjuk pada sumber-sumber emosi (Segal, 1997, Goleman, 1995).
Ternyata bahwa emosi selain mengandung persaan yang dihayati seseorang, juga mengandung kemampuan mengetahui (Menyadari) tentang perasaan yang dihayati dan kemampuan bertindak terhadap perasaan itu. Bahkan pada hakekatnya emosi itu adalah impuls untuk bertindak.
Goleman menyatakan bahwa selain rational mind, seorang memiliki an emotional main yang masing-masing diukur oleh IQ dan EQ dan bersumber masing-masing dari head dan heart. kedua kehidupan mental tersebut, meskipun berfungsi dengan cara-caranya sendiri, bekerjasama secara sinergis dan harmonis.
Homo sapiens yang memiliki neocortex (otak depan) yang merupakan sumber rasio, yaitu otak depan, terdiri dari pusat-pusat yang memahami dan mendudukan apa yang diamati oleh alat dria kita. Dalam evolusi tentang pengtahuan kemampuan organisma, ternyata bahwa penanjakan kehidupan manusia dalam peradaban dan kebudayaan adalah kerja neocortex yang ternyata juga menjadi sumber kemampuan seseorang untuk perencanaan dan strategi jangka panjang dalam mempertahankan hidup (Goleman, 1995:11).
Perkembangan ini menjadi otak memiliki nuansa terhadap kehidupan emosional seseorang. Struktur lymbic (sumsum tulang belakang) menghidupkan perasaan tentang kesenangan dan keinginan seksual, yaitu emosi yang mewujudkan sexual passion. Namun keterkaitan system lymbic tersebut dengan neocortex menumbuhkan hubungan dasar ibu-anak, yang menjadi landasan untuk unit keluarga dan commitment jangka panjang untuk membesarkan anak (spesi yang tidak dimiliki organisma ini seperti binatang melata, tidak memiliki kasih sayang) dan sering membunuh dan /atau menghancurkan anaknya sendiri. Masa anak dan masa belajar panjang (long childhood) bersumber dari saling keterhubungan neuron-neuron dalam ‘pabrik’ otak ini.
Mygdala adalah neuron yang mewujudkan struktur keterhubungan di atas brainstem dekat dasar dari limbic ring (cincin sumsum tulang belakang antara emosi dan rasio). Amygdala adalah tempat penyimpanan memori emosi.
Joseph Le Doux, neoroscientist dari Center for Neural Scince New York University menemukan peran penting amygdala dalam otak emosional. Amygdala menerima input langsung melalui alat dria dan memberikan signal kepada neocortex, namun juga dapat memberikan respons sebelum tercatat di neocortex. Jadi ada kemungkinan respons manusia sebelum ia berfikir.
Mengacu pada beberapa pandangan tentang belajar, sering kali dikemukakan bahwa masalah-masalah belajar baik intern maupun ekstern dapat dikaji dari dimensi huru maupun dari dimensi siswa. Sedangkan dikadi dari tahapannya, masalah belajar dapat terjadi pada waktu sebelum belajar, selama proses belajar dan sesudah belajar.
Dari dimensi siswa, masalah-masalah belajar yang dapat muncul sebelum kegiatan belajar mengajar dapat berhubungan dengan karakteristik atau ciri khas siswa, baik berkenaan dengan minat, kecakapan maupun pengalaman-pengalaman. Selama proses belajar, masalah belajar sering kali berkaitan dengan sikap terhadap belajar, motivasi, konsentrasi, pengolahan pesan pembelajaran, menyimpan pesan, menggali kembali pesan yang telah tersimpan, unjuk hasil belajar. Sesudah belajar, masalah belajar dimungkinkan berkaitan dengan penerapan restasi atau keterampilan yang sudah diperoleh melalui proses belajar sebelumya.
Sedangkan dari dimensi guru, masalah belajar dapat terjadi sebelum kegiatan belajar, selama proses belajar dan evaluasi hasil belajar. Sebelum belajar masalah seringkali berkaitan dengan pengorganisasian belajar. Selama proses belajar, masalah belajar seringkali berkenaan dengan bahan belajar dan sumber belajar. Sedangkan sesudah kegiatan belajar, masalah belajar yang dihadapi guru kebanyakan beraitan dengan evaluasi hasil belajar.


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan berkah dan karunia-Nya, atas ridho-Nya sehingga kita dapat menyusun Makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas Belajar dan Pembelajaran.
            Makalah ini kami susun dengan tujuan dapat membantu kami mendalami dan memahami Masalah-Masalah Intern Belajar yang Dapat Mempengaruhi Prestasi Siswa.
            Kami mengucapkan  banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan karya tulis ini, terutama kepada :
1.      Drs.Kasiyarno, M.Hum. selaku Rektor Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
2.      Drs. Ishafif. M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univeritas Ahmad Dahlan Yogyakarta
3.      Bapak Dody Hartanto, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling
4.      Pd.Bapak Drs. Said Alhadi, M.d selaku Dosen Pengampu Matakuliah Belajar dan Pembelajaran.
5.      Rekan-rekan senasib seperjuangan di Bimbingan dan Konseling yang telah membantu kami dalam menyelesaikan laporan ini.
Dan kepada semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu, kami mohon maaf  yang sebesar-besarnya. Kami menyadari bahwa tidak ada gading yang tak retak, dan bukanlah gading kalau tidak retak. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan waktu dan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, kami mohon kepada para pembaca atau bapak / ibu dosen untuk memberikan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan Makalah selanjutnya.
            Akhirnya mudah-mudahan laporan ini bermanfaat bagi penulis para khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya, Amin.

                                                                        Yogyakarta,     Oktober 2011
                                                                                    Penyusun

DAFTAR ISI

ABSTRAK.......................................................................................................
KATA PENGANTAR.....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang Masalah...............................................................
1.2.   Rumusan Masalah.........................................................................
1.3.   Tujuan Penelitian .........................................................................
1.4.   Sistematika Penulisan ..................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1.     Sikap Belajar Siswa....................................................................
2.2.     Motivasi Belajar Siswa ..............................................................
2.3.     Konsentrasi Belajar Siswa .........................................................
2.4.     Mengolah Bahan Belajar ...........................................................
2.5.     Menyimpan Perolehan Hasil Belajar ..........................................
2.6.     Menggali Hasil Belajar Yang Tersimpan ...................................
2.7.     Keampuan Berprestasi atau Unjuk Hasil Belajar Siswa ............
2.8.     Rasa Percaya Diri Siswa ............................................................
2.9.     Intelegensi dan Keberhasilan Belajar.........................................
2.10. Kebiasaan Belajar Siswa ............................................................
2.11. Cita-Cita Siswa ..........................................................................
Bab III SIMPULAN DAN SARAN
3.1.     Simpulan ....................................................................................  
3.2.     Saran ..........................................................................................  
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.     Latar Belakang Masalah
Tugas utama seorang guru adalah membelajarkan siswa. Ini berarti bahwa bila guru bertindak mengajar, maka diharapakan siswa berajar atau belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah ditemukan hal-hal berikut. Guru telah mengajar dengan baik. Ada siswa belajar giat, ada siswa pura-pura belajar. Ada siswa belajar setengah hati, bahkan ada pula siswa yang tidak belajar. Guru bingung menghadapi keadaan siswa. Guru tersebut berkonsultasi dengan konselor sekolah. Kedua petugas pendidik tersebut menemukan adanya masalah-masalah yang dihadapi siswa. Ada masalah yang dapat dipecahkan oleh konselor sekolah. Ada pula masalah yang harus dikonsultasikan dengan ahli psikologi. Guru menyadari bahwa dalam tugas pembelajaran ternyata ada masalah-masalah belajar yang dialami oleh siswa. Bahkan guru memahami bahwa kondisi lingkungan siswa juga dapat menjadi sumber timbulnya masalah-masalah belajar.
Dalam interkasi belajar mengajar ditemukan bahwa proses belajar yang dilakukan oleh siswa merupakan kunci keberhasilan belajar. Proses belajar merupakan aktivitas psikis berkenaan dengan bahan belajar.
Aktivitas mempelajari bahan belajar tersebut memakan waktu. Lama waktu mempelajari tergantung pada jenis dan sifat bahan. Lama waktu mempelajari juga tergantung pada kemampuan siswa. Jika bahan belajarnya sukar, dan siswa kurang mampu, maka dapat diduga bahwa proses belajar memakan waktu yang lama. Sebaliknya, jika bahan belajar mudah, dan siswa berkemampuan tinggi, maka proses belajar akan memakan waktu yang singkat. Aktivitas belajar dialami oleh siswa sebagai suatu proses, yaitu proses belajar sesuatu. Aktivitas belajar tersebut juga dapat diketahui oleh guru dan perlakuan siswa terhadap bahan belajar. Proses belajar sesuatu dialami oleh siswa dan aktivitas belajar sesuatu dapat diamati oleh guru.
Guru adalah pendidik yang membelajarkan siswa. Dalam usaha pembelajaran siswa, maka huru melakukan pengorganisasian belajar, penyajian bahan belajar dengan pendekatan pembelajaran tertentu, dan melakukan evaluasi hasil belajar. Dipandang dari segi siswa, maka guru dengan usaha pembelajaran tersebut merupakan faktor ekstern dari belajar.
Proses belajar merupakan hal yang kompleks. Siswalah yang menentukan terjadi atau tidak terjadi belajar. Untuk bertindak belajar siswa menghadapi masalah-masalah secara intern. Jika siswa tidak dapat mengatasi masalahnya, maka ia tidak belajar dengan baik. Faktor intern yang dialami dan dihayati oleh siswa yang berpengaruh pada proses belajar.

1.2.     Rumusan Masalah
         Setelah kami melakukan penelitian, kami mengajukan beberapa rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1)        Bagaimana sikap belajar siswa ?
2)        Bagaimana motivasi belajar siswa ?
3)        Bagaimana konsentrasi belajar siswa ?
4)        Bagaimana siswa mengolah bahan belajar ?
5)        Bagaimana siswa menyimpan perolehan hasil belajar ?
6)        Bagaimana siswa menggali hasil belajar yang tersimpan ?
7)        Bagaimana keampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar siswa ?
8)        Bagaimana rasa percaya diri siswa ?
9)        Bagaimana intelegensi dan keberhasilan belajar ?
10)    Bagaimana kebiasaan belajar siswa ?
11)    Bagaimana cita-cita siswa ?

1.3.       Tujuan Penelitian
   Kami melakukan penelitian dengan tujuan untuk dapat :
1.      Mengetahui sikap belajar siswa
2.      Mengetahui motivasi belajar siswa
3.      Mengetahui konsentrasi belajar siswa
4.      Mengetahui siswa mengolah bahan belajar
5.      Mengetahui siswa menyimpan perolehan hasil belajar
6.      Mengetahui siswa menggali hasil belajar yang tersimpan
7.      Mengetahui keampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar siswa
8.      Mengetahui rasa percaya diri siswa
9.      Mengetahui intelegensi dan keberhasilan belajar
10.  Mengetahui kebiasaan belajar siswa
11.  Mengetahui cita-cita siswa


1.4.       Sistematika Penulisan
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1.      Latar Belakang Masalah
1.2.     Rumusan Masalah
1.3.     Tujuan Penelitian
1.4.     Sistematika Penulisan      
BAB II PEMBAHASAN
2.1.          Sikap Belajar Siswa
2.2.Motivasi Belajar Siswa
2.3.Konsentrasi Belajar Siswa
2.4.Mengolah Bahan Belajar
2.5.Menyimpan Perolehan Hasil Belajar
2.6.Menggali Hasil Belajar Yang Tersimpan
2.7.Keampuan Berprestasi atau Unjuk Hasil Belajar Siswa
2.8.Rasa Percaya Diri Siswa
2.9.Intelegensi dan Keberhasilan Belajar
2.10.       Kebiasaan Belajar Siswa
2.11.       Cita-Cita Siswa
Bab III SIMPULAN DAN SARAN
3.1.          Simpulan
3.2.         Saran     
DAFTAR PUSTAKA

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.     Sikap Belajar Siswa
Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu, yang membawa diri sendiri dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan. Siswa memperoleh kesempatan belajar. Meskipun demikian, siswa dapat menerima, menolak, atau mengabaikan kesempatan belajar tersebut. Sebagai ilustrasi, seorang siswa yang tidak lulus ujian matematika menolak ikut ulangan di kelas lain. Siswa tersebut bersikap menolak ulangan karena ujian di tempat lain. Sikap menerima, menolak atau mengabaikan suatu kesempatan belajar merupakan urusan pribadi siswa. Akibat penerimaan, penolakan atau mengabaikan kesempatan belajar tersebut akan berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian. Oleh karena itu, ada baiknya siswa mempertimbangkan masak-masak akibat sikap terhadap belajar.

2.2.     Motivasi Belajar Siswa
Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi belajar pada diri sendiri dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya mutu hasil belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu motivasi belajar pada disi siswa perlu diperkuat terus menerus. Agar siswa memiliki motivasi belajar yang kuat, pada tempatnya diciptakan suasana belajar yang menggembirakan.

2.3.     Konsentrasi Belajar Siswa
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu menggunakan berbagai macam strategi belajar mengajar, dan memperhitungkan waktu belajar serta selingan istirahat. Dalam pengajaran klasikal, menurut Rooijakker, kekuatan perhatian selama tiga puluh menit telah menurun. Ia menyarankan agar guru memberikan istirahat selingan selama beberapa menit. Dengan selingan istirahat tersebut, prestasi belajar siswa akan meningkat kembali.

2.4.     Mengolah Bahan Belajar
Mengolah bahan belajar merupakan kemampua siswa untuk menerima isi dan cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa. Isi bahan belajar berupa pengetahuan, nilai kesusilaan, nilai agama, nilai kesenian, serta keterampilan mental dan jasmani. Cara pemerolehan ajaran berupa cara-cara belajar sesuatu, seperti bagaimana menggunakan kamus, daftar logaritma, atau rumus matematika. Kemampuan menerima isi dan cara pemerolehan tersebut dapat dikembangkan dengan belajar berbagai mata pelajaran. Kemampuan siswa mengolah bahan tersebut mejadi makin baik, bila siswa berpeluang aktif belajar. Dari segi guru, pada tempatnya menggunakan pendekatan-pendekatan keterampilan proses, inkuiri, ataupun laboratori.

2.5.     Menyimpan Perolehan Hasil Belajar
Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan cara perolehan pesan. Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam waktu pendek dan waktu yang lama. Kemampuan menyimpan dalam waktu pendek berarti hasil belajar cepat dilupakan. Kemampuan menyimpan dalam waktu lama berarti hasil belajar tetap dimiliki siswa. Pemilikan itu dalam waktu bertahun-tahun, bahkan sepanjang hayat. Biggs dan tefler menjelaskan proses belajar di ranah kognitif tentang hal pengolahan, penyimpanan dan penggunaan kembali pesan. Proses belajar terdiri dari proses pemasukan (input processes), proses pengolahan kembali dan hasil (output processes), dan proses penggunaan kembali (activation processes).
Dalam melukiskan proses belajar yaitu sebagai berikut : proses penerimaan merupakan kegiatan siswa melakukan pemusatan perhatian, menyeleksi, dan memberi kode terhadap hal yang dipelajari. Proses pengaktifan merupakan kegiatan siswa untuk menguatkan pesan baru, membangkitkan pesan dan pengalaman lama. Proses pengolahan merupakan proses belajar. Dalam tahap ini siswa menggunakan kesadaran penuh. Ia memikirkan tugas, berlatih, menarik kesimpulan, dan unjuk belajar. Proses penyimpanan merupakan saat memperkuat hasil belajar. Belajar menggunakan berbagai teknik belajar agar tersimpan dalam ingatan, penghayatan, dan keterampilan jangka panjang. Proses pemanggilan dimana pesan atau kesan lama diaktifkan kembali.  
Proses belajar terdiri dari proses penerimaan, pengolahan, penyimpanan, dan pengaktifan yang berupa penguatan serta pembangkitan kembali untuk dipergunakan. Dalam kehidupan sebenarnya tidak berarti bahwa semua proses tersebut berjalan lancar. Ada siswa yang mengalami kesukaran dalam proses penerimaan, akibatnya proses-proses penguatan, pengolahan, penyimpanan, dan penggunaan akan terganggu. Ada siswa yang mengalami kesukaran dalam proses penyimpanan. Akibatnya dalam proses penggunaan hasil belajar akan terganggu. Adanya gangguan dalam kelima proses tersebut, baik sendiri-sendiri atau gabungan, akan menghasilkan hasil belajar yang kurang baik.

2.6.     Menggali Hasil Belajar yang Tersimpan
Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan yang telah diterima. Dalam hal pesan baru, maka siswa akan memperkuat pesan dengan cara mempelajari kembali, atau mengaitkannnya dengan bahan lain. Dalam hal pesan lama, maka siswa kan memanggil atau membangkitkan pesan dan pengalaman lama untuk suatu unjuk hasil belajar. Proses menggali pesan lama tersebut dapat berwujud (i) transfer belajar, atau (ii) unjuk prestasi belajar.
Ada kalanya siswa juga mengalami gangguan dalam menggali pesan dan kesan lama. Gangguan tersebut bukan hanya bersumber pada pemanggilan atau pembangkitan sendiri. Gangguan tersebut dapat bersumber dari kesukaran penerimaan, pengolahan dan penyimpanan. Jika siswa tidak memperhatikan pada saat penerimaan, maka siswa tidak memiliki apa-apa. Jika siswa tidak berlatih sungguh-sungguh, maka siswa tidak berketerampilan (intelektual, sosial, moral, dan jasmani) dengan baik. Dengan kata lain, penggalian hasil yang tersimpan ada hubungannya dengan baik atau buruknya penerimaan, pengolahan, dan penyimpanan pesan.

2.7.     Kemampuan Berprestasi atau Unjuk Hasil Belajar
Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan keberhasilan belajar. Siswa menunjukkan bahwa ia telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau mentransfer hasil belajar. Dari pengalaman sehari-hari disekolah diketahui bahwa ada sebagian siswa tidak mampu berprestasi dengan baik. Kemampuan berprestasi tersebut terpengaruh oleh proses proses penerimaan, pengaktifan dan, pra-pengolahan, pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman. Bila proses-proses tersebut tidak baik, maka siswa dapat berpresatsu kurang atau dapat juga gagal berprestasi.
Dalam belajar pada ranah kognitif, ada gejala lupa. Lupa merupakan peristiwa biasa, meskipun demikian dapat dikurangi. Lupa pada ranah kognitif umumnya berlawanan dengan mengingat. Pesan yang dilupakan belum tentu berarti “hilang” dari ingatan. Kadang kala siswa memerlukan waktu untuk “membangkitkan” kembali pesan yang “terlupakan”. Dengan berbagai pancingan, dalam waktu tertentu, pesan “terlupakan” dapat diingat kembali. Bila pesan tersebut sudah “dibangkitkan”, maka dapat digunakan untuk unjuk prestasi belajar maupun transfer belajar.
Proses terjadinya gejala lupa dapat dilacak dan diperbaiki dalam proses belajar ulang.
Proses belajar yang memungkinkan terjadinya lupa sebagai berikut : Pebelajar melakukan konsentrasi terhadap bahan ajar. Pemusatan perhatian tersebut dapat menurun karena lelah atau memang lemah. Akibatnya ada bahan ajar yang kuran dan tak terterima. Pebelajar mengolah bahan belajar yang diterima. Apa yang terolah akan disimpan, tetapi ada bagian yang keluar. Dengan demikian siswa menyimpan bagian bahan ajar yang terolah dengan baik. Dalam menghadapi tugas-tugas belajar yang tersimpan. Pebelajar memanggil pesan yang tersimpan. Ada pesan yang telah dilupakan sehingga tak dapat digunakan untuk berprestasi. Pebelajar menggunakan pesan-pesan yang telah dipelajari untuk berprestasi. Pada proses menggali dan berprestasi dapat terjadi gejala lupa, karena siswa lupa memanggil pesan yang tersimpan. Secara singkat, dapat dikatakan bahwa “keluarnya” pesan pada siswa terjadi saat konsentrasi dan mengolan pesan. Sedangkan gejala lupa terjadi pada siswa saat menggali dan berprestasi. Hal ini menunjukkan bahwa proses berkonsentrasi dan pengolahan pesan dapat dipertinggi mutunya.  

2.8.     Rasa Percaya Diri Siswa
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkugan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian “perwujudan diri” yang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa. Makin sering berhasil menyelesaikan tugas, maka sering memperoleh pengakuan umum, dan selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat. Hal yang sebaliknya dapat terjadi kegagalan yang berulang kali dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri. Bila rasa percaya diri sangat kuat, maka diduga siswa akan mengalami takut belajar. Rasa takut belajar tersebut terjalin secara komplementer dengan rasa takut gagal lagi. Gejala ini merupakan masalah pembelajaran diri yang musykil. Pada tempatnya guru mendorong keberanian terus menerus, memberikan bermacam-macam penguat, dan memberikan pengakuan dan kepercayaan bila siswa telah berhasil. Sebagai ilustrasi, siswa yang gagal ujian bahasa inggir, bila didorong terus, akhirnya akan berhasil lulus. Bahkan bila kepercayaan dirinya timbul, ia dapat lulus pada saat ujian akhir dengan nilai baik pada mata pelajaran bahasa inggirs.

2.9.     Intelegensi dan Keberhasilan Belajar
Menurut Wechler (Monks & Knoers, Siti Rahayu Haditono) intelegensi adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berfikir secara baik, dan bergaul dengan lingkungan secara efisiensi. Kecakapan tersebut menjadi aktual bila siswa memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan sehari-hari.
Intelegensi dianggap sebagai suatu norma umum dalam keberhasilan belajar. Intelegensi normal bila nilai IQ menunjukkan angka 85-115. Diduga 70% penduduk memiliki IQ normal. Sedangkan yang ber-IQ dibawah 70% diduga sekitar 15% penduduk, dan yang ber-IQ 115-145 sebesar 15%. Yang ber-IQ 130-145 hanya sebesar 2% penduduk. Yang menjadi masalah adalah siswa yang memiliki kecakapan di bawah normal. (Monk, Knoers, Siti Rahayu Aditono, 1989). Menurut Siti Rahayu Aditono, di Indonesia juga ditemukan banyak siswa memperoleh angka hasil belajar yang rendah. Hal itu disebabkan oleh faktor-faktor seperti (i) kurangnya fasilitas belajar di sekolah dan rumah di berbagai pelosok, (ii) siswa makin dihadapkan oleh berbagai pilihan dan mereka merasa ragu dan takut gagal, (iii) kurangnya dorongan mental dari orang tua, karena orang tua tidak memahami apa yang dipelajari oleh anaknya di sekolah, dan (iv) keadaan gizi yang rendah, sehingga siswa tidak mampu belajar yang lebih baik, serta (v) gabungan faktor-faktor tersebut, mempengaruhi berbagai hambatan belajar.
Dengan perolehan hasil belajar yang rendah, yang disebabkan oleh intelegensi yang rendah atau kurangnya kesungguhan belajar, berarti terbentuknya tenaga kerja yang bermutu rendah. Hal ini akan merugikan calon tenaga kerja itu sendiri. Oleh karena itu pada tempatnya, mereka didorong untuk belajar di bidang-bidang keterampilan sebagai bekal hidup. Penyediaan kesempatan belajar di luar sekolah, merupakan langkah bijak untuk mempertinggi taraf kehidupan warga bangsa Indonesia.

2.10. Kebiasaan Belajar
Dalama kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan belajar tersebut antara lain berupa (i) belajar pada akhir semester, (ii) belajar tidak teratur, (iii) menyia-nyiakan kesempatan belajar, (iv) bersekolah hanya untuk bergengsi, (v) datang terlambat bergaya pemimpin, (vi) bergaya jantan seperti meroko, sok menggurui teman lain, dan (vii) bergaya minta “belas kasihan” tanpa belajar.
Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut dapat ditemukan di sekolah yang ada di kota-kota besar, kota kecil, dan di pelosok tanah air. Untuk sebagian, kebiasaan belajar tersebut disebabkan oleh ketidakmengertian siswa pada arti belajar bagi diri sendiri. Hal ini dapat diperbaiki dengan pembinaan disiplin membelajarkan diri. Suatu pepatah “berakit-rakit kehulu, berenang ketepian” dan berbagai petunjuk tokoh teladan, dapat menyadarkan siswa tentang pentingnya belajar. Pemberian penguat dalam keberhasilan belajar dapat mengurangi kebiasaan kurang baik dan membangkitkan harga diri siswa.

2.11. Cita-Cita Siswa
Dalam rangka tugas perkembangan, pada umumnya setiap anak memiliki suatu cita-cita dalam hidup. Cita-cita merupakan motivasi intrinsik. Tetapi ada kalanya “gambaran yang jelas” tentang tokoh teladan bagi siswa belum ada. Akibatnya siswa hanya berperilaku ikut-ikutan. Sebagai ilustrasi, siswa ikut-ikutan berkelahi, merokok sebagai tanda jabaran, atau berbuat “jagoan” dengan melawan aturan. Dengan perilaku tersebut, siswa beranggapan bahwa ia telah “menempuh” perjalanan mencapai cita-cita untuk terkenal di lingkungan siswa sekola.
Cita-cita sebagai motivasi intrinsik perlu didikan. Didikan memiliki cita-cita harus dimulai sejak sekolah dasar. Di sekolah menengah didikan pemilikan dan pencapaian cita-cita sudah semakin terarah. Cita-cita merupakan wujud eksplorasi dan emansipasi diri siswa. Didikan pemilikan dan pencapaian cita-cita sebaliknya berpangkal dari kemampuan berprestasi, dimulai dari hal yang sederhana ke yang semakin sulit. Sebagai ilustrasi, bertugas menjadi pengatur lalu lintas di depan sekolah, pengumpul sumbangan bencana alam, penggerak pelestari dan keserasian lingkungan hidup, penyuluh gemar membaca, dan pemecah kesulitan belajar bersama. Dengan mengaitkan pemilikan cita-cita dengan kemampuan berprestasi, maka siswa diharapkan berani bereksplorasi sesuai dengan kemampuan dirinya sendiri.




BAB III
PENUTUP

3.1.  Simpulan
Prestasi belajar seseorang sangat dipengaruhi oleh kemampuan umum yang dapat diukur oleh IQ, IQ yang tinggi meramalkan sukses terhadap prestasi belajar. Namun faktanya IQ yang tinggi ternyata tidak menjamin sukses di masyarakat. Ada berbagaifactor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar, diantaranya pengaruh pendidikan, perkembangan dan pengukuran otak serta Kecerdasan (Inteligensi) Emosional yang semuanya itu dapat dipelajari secara lebih rinci dibawah ini.
Seorang secara genetis telah lahir dengan suatu organisme yang disebut inteligensi yang bersumber dari otaknya. Struktur otak telah ditentukan secara genetis, namun berfungsinya otak tersebut menjadi kemampuan umum yang disebut inteligensi, sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan lingkungannya (Semiawan, C, 1997).Pada kala bayi lahir ia telah dimodali 100- 200 milyar sel otak dan siap memproseskan beberapa trilyun informasi. Cara pengelolaan inteligensi sangat mempengaruhi kualitas manusianya, tetapi sayang perlakuan lingkungan dalam caranya tidak selalu menguntungkan perkembangan inteligensi yang berpangaruh terhadap kepribadian dan kualitas kehidupan manusia. Ternyata dari berbagai penelitian bahwa pada umumnya hanya kurang lebih 5% neuron otak berfungsi penuh (Clark, 1986).
Lingkungan pendidikan dan berbagai pusat pelatihan serta tempat kerja kita kini juga dipengaruhi oleh lingkungan global yang merupakan berbagai pengaruh eksternal dalam dinamika berbagai aspek kehidupan di dunia, Lingkungan global yang mengadung pengertian tereksposnya kita oleh kehidupan komunitas global menuntut adaptasi masyarakat kita pada kondisi global dan pada gilirannya menuntut adaptasi individu untuk bisa bertahan di masyarakat di mana ia hidup.
Interface antar berbagai stimulus lingkungan melalui interaksi untuk mewujudkan aktualitasasi diri individu secara optimal dalam masyarakat di mana ia hidup dan juga aktualisasi daerah pada masyarakat yang lebih luas, nasional maupun global, inilah yang harus menjadi perhatian pengelola ataupun atasan atas perlakuan subjek SDM, dalam hal kita, para guru dalam perlakuannya terhadap peserta didik. Interaksi yang terjadi dalam prilaku anak-anak kita.
Namun secara reciprocal (timbal balik) perlakuan yang diterjadikan adalah cermin kehidupan masyarakat di mana ia hidup. Menghadapi era global di masa yang akan datang, diharapkan kesadaran tentang reformasi pendidikan memenuhi kondisi masa depan yang dipersyaratkan (necessary condition to be fullfield). Kurun waktu milenium ke 3 dari proses kehidupan manusia sudah berjalan, dan abad ke-21 serta abad ke-22 ini bukan saja merupakan abad-abad baru, melainkan juga peradaban baru. Hal ini dikarenakan betapapun mengalami krisis moneter, Indonesia akan terkena juga oleh restrukturisasi global dunia yang sedang berlangsung. Restrukturisasi dunia, yang terutama ditandai oleh berbagai perubahan dalam bidang ekonomi, sosial, politik dan aspek kehidupan lain, mempengaruhi setiap insan manusia, laki, perempuan, anak di Negara berkembang maupun di negara maju, tidak terkecuali negara Indonesia, dan terutama berdampak terhadap orientasi pendidikan.

3.2.  Saran
1.      Kepada rekan-rekan semoga ketika menghadapi sebuah tugas atau perintah dari guru / dosen hendaknya dilaksanakan dan dikerjakan secara bertahap jangan menggunakan sistem kebut semalam, yang nantinya akan mengakibatkan situasi kontrol dan emosi ketika mempresentasikan akan terganggu karena kurang tidur semalaman.
2.      Makalah ini merupakan tonggak awal pembuatan makalah di perguruan tinggi, maka jika ada kesalahan-kesalahan baik yang sifatnya kecil atau besar maka kami mohon bimbingan dan arahan dari semua pihak.
3.      Semoga kita semua semakin bersemangat ketika menyelesaikan tugas, baik tugas individu maupun tugas kelompok.


DAFTAR PUSTAKA

Annurahman, 2009. Belajar dan Pembelajaran. CV. Alvabeta. Bandung
Dimyati & Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. PT. Rineka Cipta. Bandung
Hartanto, Dody. 2011. Menyontek : Mengungkap Akar Masalah dan Solusinya. PT. Indeks. Jakarta
Prayitno dan Erman Amti. 2008. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Rineka Cipta. Jakarta
Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Alhadi, Said. 2011. Ringkasan Materi Kuliah Belajar dan Pembelajaran. FKIP UAD. Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar